Ini foto dijepret dengan Nikon D50. Satu-satunya kamera yang saya beli dalam keadaan baru, yang alhamdulillahnya banyak mendatangkan “rejeki”.
Itu kamera banyak memenangi lomba fotografi. Dari kamera itu juga, karena ndak gablek duit untuk nambah lensa, saya kemudian “terjerumus” ke dunia rombengan. Mendatangi Sengkuang, Aviari, Ramayana Jodoh; atau di mana saja di pusat rombengan Batam yang menjual lensa. Saya biasa hunting pagi sebelum kerja, atau petang selepasnya.
Kala itu, rombengan Batam sungguh menyenangkan. Saya pernah mendapat sekresek lensa cuma seharga Rp600 ribu saja. Itupun setelah harga yang diberikan penjual saya naikkan Rp100 ribu karena ndak tega.
Pedagang rombengan Batam ketika itu, menganggap susah menjual kamera dan thetekbengek alat-alatnya. Barang-barang itu kerap dianggap “barang sial” di antara barang bal-balan lainnya yang biasa mereka beli.
Kamera-kamera poket film yang sekarang bisa berharga jutaan, kadang cuma dijual Rp50an ribu. Itupun susah laku. Saya pernah ditawari sebuah kamera Konica Hexar di Sengkuang dengan harga Rp100 ribu, yang sayang ketika itu tidak saya ambil. Kini harga kamera itu nyaris tembus di angka Rp10 juta.
Perburuan yang menggembirakan. Sekaligus menguntungkan. Lensa-lensa tua, karatan, dan jamuran hasil buruan itu, ternyata bisa laku dengan harga “menggembirakan”. Terjual pada kawan-kawan komunitas Fotografer.net yang saya ikuti.
Dari situ, pertemanan terbuhul erat, hingga saat ini.
Di antara kesibukan sebagai jurnalis ketika itu, perburuan barang-barang fotografi menjadi aktivitas utama mendatangkan penghasilan. Bahkan sejak dari itu, nyaris, saya tak lagi tergantung dengan gaji bulanan.
Terjerumus, terkadang justru mengubah nasib seseorang.
Catatan: foto di Bukittinggi, 26 Juli 2009 bersama kawan-kawan wartawan Batam.