SIANG begitu sumuk, dan mendung yang memenuhi langit seolah hanya bergelanyut manja, enggan menjadi hujan. Meski sumuk udara sanggup mencekik paru-paru, namun Senin (30/10) siang itu, koridor di salah satu kampus Nanyang Technological University penuh (lihat foto). Para mahasiswa duduk di bangku-bangku kayu, menghadap laptop atau telepon pintar mereka. Atau saling mengobrol satu dengan lainnya.
Lalu, muncul pikiran iseng. Saya kemudian mengitari seantero koridor sambil melirik laptop dan telepon pintar yang mereka mainkan. Mencari tahu apa yang sedang dilakukan para mahasiswa itu dengan laptop dan telepon mintar mereka. Ajaib!!! Dari puluhan mahasiswa, tidak ada satupun yang sedang main slot! Apalagi sibuk main game, atau sekedar nonton Tik-tok-tak-tik. Padahal siang itu, bukan jam kuliah mereka, dan mereka bebas melakukan apa saja. Padahal pula, ketika saya pulang ke Malang beberapa bulan lalu, di mana-mana sudut jalanan kampung yang saya lihat, bocah-bocah, usia-usia mahasiswa, dewasa-dewasa; gencar main slot sambil bergoyang Tik-tok. Waktu dan uang mereka habis oleh permainan slot dan menonton Tik-tok.
Di mana orang main slot di Singapura? Sejujurnya, saya sulit menemukannya. Negara yang judi-nya legal, masyarakatnya justru enggan main judi. Paling-paling, yang main tombok toto – atau slot – ya para lansia-lansia itu. Itupun sembari menghabiskan waktu pensiun mereka yang, karena saking banyaknya, bingung mau berbuat apa.
Mungkin Indonesia perlu dilegalkan lagi Porkas (baca: https://money.kompas.com/read/2020/10/14/054320526/mengenal-porkas-judi-lotre-yang-pernah-dilegalkan-soeharto?page=all )! Agar kita tak lebih candu dengan judi slot atau judi online yang kian beringas itu.
(*)