: Kata Tuan Lee
“I only eat till 3/4 full,” dalam biografinya, Harry Lee Kuan Yew mengungkapkan rahasia dia untuk tetap sehat, langsing, dan berpikiran waras. Ia yang kini menginjak usia 91 tahun, juga dikenal selalu minum air hangat, dan sebisa mungkin menghindari minum es atau air panas. Begitulah cara makan orang paling berkuasa di Singapura itu, hingga mampu membawa Singapura, menjadi salah satu negara paling berpengaruh – secara finansial – di Asia. Sebuah cara makan yang sudah sangat diakrabi oleh kaum Muslim sedunia, karena seperti Tuan Lee lah, berabad-abad sebelumnya, Rasullullah SAW mengajarkan kita cara makan yang demikian.
Kita tahu, Rasul SAW kemudian mampu membawa Islam menjadi kekuatan paling berpengaruh di dunia dalam hitungan singkat. Sehingga pensiunan Nasa dan guru besar astronomi asal USA, Michael H. Hart, dalam bukunya yang paling ngetop, The 100, menempatkan Rasul SAW sebagai orang paling berpengaruh di semesta ini. Dan saya sangat percaya, sesuatu yang hebat yang telah diperjuangkan Rasulullah, salah satu kuncinya berawal adalah meja makan.
Saya yakin, cara Tuan Lee makan, terinspirasi dari cara Rasullullah makan. Ini mungkin, mengingat sepanjang hidup, Tuan Lee banyak akrab dengan masyarakat Muslim Singapura. Bahkan salah satu kawan baiknya adalah Yusof bin Ishak, pria keturunan Minangkabau yang jadi presiden pertama Singapura. Saya tak yakin Tuan Lee bisa “menyulap” Singapura menjadi seperti sekarang, jika ia tak mampu mengendalikan nafsunya di meja makan. Membawa Singapura yang sebelumnya tak punya apa-apa; Singapura yang sebelumnya dipenuhi rumah-rumah candu; Singapura yang dipadati ruli-ruli kumuh, dijejali gangstar dan perompak kejam kelas wahid; MENJADI Singapura yang sekarang: pusat keuangan dunia serta kota teraman di dunia. Tidak itu saja, Tuan Lee juga menjadi orang yang paling bertanggungjawab atas terbentuknya masyarakat Singapura yang tertib, pekerja keras, sopan-bertoleran, serta berpendidikan baik.
Jika ke Singapura, sempatkanlah ke museum-museum sejarah. Di sana Anda akan bisa tahu, betapa “mengerikannya” situasi Singapura di era sebelum Tuan Lee berkuasa. Dua museum yang saya rekomendasikan adalah Asian Civilisations Museum, serta Singapore’s Civil Defence Heritage Gallery. Nama terakhir ini adalah museum khusus bagi sejarah Pemadam Kebakaran Singapura. Desas-desus soal pemerintah Singapura yang membakar dengan sengaja ruli-ruli di era 60 hingga 70an untuk kemudian membangun kembali “Singapura yang baru”, mungkin sedikit terkonfirmasi saat Anda menengok isi museum ini.
Atau, Anda mungkin sempat nonton sekuel film Pirates of Carribien, At World’s End. Dalam salah satu adegan Kapten Sao Feng menyambut Kapten Barbosa dengan kalimat “Welcome to Singapore!”. Karakter Sao Feng diadaptasi dari tokoh asli dengan nama yang sama, yang sempat menjadi perampok legendaris Laut China Selatan di abad 17. Sao Feng asli memang memakai Singapura sebagai markasnya. Informasi dari museum, juga kisah toko Sao Feng, memberi bukti bahwa Singapura sebelum era Tuan Lee, adalah sosieti barbar mirip Indonesia terkini; yang kaya memperbudak yang miskin, yang berkuasa selalu minta dilayani rakyat jelata, koruptif, narkoba di mana-mana, juga hukum yang bisa dibeli.
Kita mungkin tak pernah menyadari, kemampuan kita mengelola nafsu di meja makan, adalah HAL KUNCI untuk sesuatu yang lebih besar: dari masyarakat hingga negara. Saya gemar memperhatikan seseorang dari cara dia makan. Momen terbaik untuk melakukan ini adalah saat perjamuan makan gratis, atau seseorang tengah mentraktir. Orang-orang yang memesan makanan termahal, pesan begitu banyak hingga di luar batas kemampuat perutnya, disambung pesan rokok dan pesan ini-itu, memesan minuman paling lezat; selalu saja orang seperti itu adalah orang yang paling buruk perilakunya di antara kelompok sejamuan makan gratis itu. Saya dulu juga kerap menghadiri perjamuan pejabat-pejabat di Kota Batam. Pejabat-pejabat yang punya selera makan “gila”, rata-rata sangat buruk dalam memerintah.
Bukankah Rasulullah SAW pernah berkata, jihad tersulit adalah menahan hawa nafsu! Dan menahan hawa nafsu tersulit itu adalah hawa nafsu yang dihalalkan! Termasuk nafsu makan dan minum, bahkan nafsu untuk beribadah!
(SY)
FOTO: Mr Twist, yang menyebut dirinya sebagai “Singapore political artis”, ke mana-mana selalu menggendong boneka Tua Lee Kuan Yew. Saya foto beberapa waktu lalu di daerah City Hall, Singapura.