Jumlah kendaraan di Singapura tahun 2019, tercatat sejumlah 967.768. Dengan mobil mendominasi, sebanyak 556.155. Yang menarik, sekitar 5.5 juta warga Singapura, lebih banyak dilayani oleh kendaraan umum. Sebanyak 19.379 buah bus, dan sisanya adalah kereta api, baik MRT maupun LRT. Tapi bukan jumlah kendaraan saja yang membuat jalanan Singapura tidak macet. Melainkan budaya berkendaraan mereka.
Di setiap traffic light, setiap pengendara seperti sudah tahu mau ke mana dan memilih lajur mana. Dengan tertib, meskipun lajur sebelah kosong, namun jika bukan jalurnya, para pengendara tidak akan mengisi lajur jalan tersebut. Demikian juga lajur untuk bus. Tidak perlu dipasang marka jalan yang justru akan mempersempit jalan itu sendiri. Setiap pengendara sudah sadar betul, bus umum adalah prioritas utama. Jadi kendaraan pribadi selalu berusaha tidak memakai jalur milik bus, kecuali untuk kepentingan belok atau berhenti sejenak. Saking tahunya setiap pengendara bermotor, seringkali lampu riting tidak perlu dinyalakan.
Karena, setiap kendaraan yang masuk lajur tertentu, otomatis akan mengikuti jalur itu. Tidak main serobot-serobotan. Tidak menutup jalan kendaraan lain. Tidak klakson-klaksonan. Tidak juga perlu polisi yang menjaga di setiap tikungan jalan. Budaya tertib lalu lintas inilah, penyumbang terbesar kenapa jalan raya Singapura tidak macet.