Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Kultur

Singapura dan Ketiadaan Simbol Kesombongan Beragama

Sultan Yohana by Sultan Yohana
April 2, 2023
in Kultur
0
Singapura dan Ketiadaan Simbol Kesombongan Beragama
0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

AGAMA Budha yang 31 persen dianut oleh masyarakat Singapura, adalah mayoritas. Dengan kemayoritasannya, mungkin mereka bisa dan berhak menghadirkan simbol-simbol kebesaran keyakinan mereka. Sebagaimana masyarakat di negara-negara tetangga mereka. Jika mau – dan boleh – umat Budha Singapura, bisa dengan mudah membangun Patung Dewi Kwan Im raksasa yang seperti pernah bertengger gagah di Sekupang, Batam itu. Atau membangun patung The Sleeping Budhha, mirip patung di Thailand ataupun Bintan.

Tapi Singapura tidak melakukan itu.

Bahkan biara katolik yang paling ikonik itu, CHIJMES, kini justru beken sebagai restauran kelas mahal. Padahal orang Kristen/Katolik di Singapura cukup besar, kira-kira 19 persen. Agama terbesar kedua yang dianut warga sini. Gereja lain yang tak kalah kerennya, St Andrews Cathedral yang ada di daerah wisata City Hall itu, justru kerap didengung-dengungkan sebagai bangunan “persaudaraan” antara umat Islam dan Kristen di Singapura. Itu karena tanah dari bangunan yang berusia lebih dari satu setengah abad itu, disumbang oleh keluarga pengusaha Muslim Singapura, yang juga keturunan Rasullullah SAW; Syed Omar Aljunied. Itupun kini, gereja tersebut lebih banyak “nongkrong” sebagai bangunan bersejarah yang kerap menarik mata turis mancanegara.

Islam yang punya 15 persen penganut, tentu saja punya Masjid Sultan yang keren itu. Namun, alih-alih membongkar itu masjid untuk mengubahnya menjadi gaya Timur Tengah – seperti kebanyakan masjid di Indonesia – masjid yang baru saja direnovasi itu tetap mempertahankan arsitek dan ke-heritage-annya. Mempertahankan gaya arsitektur Indo-gothic yang menjadi ciri khas bangunan-bangunan buatan Inggris di negara kolonial mereka, Masjid Sultan jauh dari kesan kesombongan beragama ala orang-orang jaman sekarang.

Ya, umat beragama Singapura, dengan uang mereka yang bejibun; jika mau dan boleh, bisa membuat simbol-simbol ikonik agama mereka. Yang raksasa-raksasa, dan sombong membahana. Mereka bisa membuat patung Maria atau Budha semedhi raksasa. Atau menara masjid tinggi-tinggi dan mentereng. Tapi, mereka lebih suka membangun Garden by The Bay dan taman-taman yang kebanyakan gratis dan bisa dinikmati siapa saja. Atau terus menambah jalur MRT hingga ke pojok-pojok terjauh Singapura, agar masyarakat kian enggan naik mobil. Atau membuat tempat pembuangan sampah yang paling bersih sedunia: Pulau Semakau.

Apakah orang Singapura kehilangan religiusitas? Hingga enggan membangun simbol-simbol agama yang masif-masif seperti halnya tetangga-tetangganya yang kian lama kian dimabuk agama? Jika seminggu saja Anda tinggal di Singapura, Anda akan menyadari betapa religiusnya mereka. Masjid-masjid selalu semarak oleh jamaah dan full aktifitas. Setiap masjid biasanya menggelar pengajian rutin beberapa kali dalam seminggu, tahlilan, taman pendidikan usi
a dini, hingga pengajaran bagi orangtua-orangtua yang ingin mengaji ali-ba-ta. Jumatan selalu penuh. Bulan Ramadan ini, sebulan penuh bahkan digelar bazar besar di daerah Geylang Serai.

Begitu juga gereja. Dua blok dari apartemen tempat tinggal saya, ada gereja komunitas. Yang tidak  hanya ramai setiap hari Minggu saja. Setiap hari selalu ada kegiatan, mulai dari kegiatan olahraga jamaah mereka, sampai kepanduan para remajanya. Pendek kata meriah. Penganut Budha maupun Hindu juga tak ingin kalah. Kegiatan keagamaan mereka bahkan kerap menjadi agenda nasional dan daya tarik masyakata. Thaipusam Februari lalu misalnya.

Negara juga mendukung penuh kegiatan-kegiatan keberagamaan di Singapura. Oleh mereka, identitas-identitas keberagamaan adalah keniscayaan yang mutlak, yang justru memberikan keragaman dan ciri khas Singapura sebagai sebuah negara multi-etnis. Dan itu mustahil untuk dihilangkan atau “disamaratakan”. Di saat bersamaan, Singapura enggan tergoda untuk membentuk identitas atau simbol-simbol keagamaan bernada kesombongan yang justru bisa merusak atau membuat iri kehidupan antar-agama. Kenapa harus mendirikan patung bunda Maria raksasa nan mewah di tengah masyarakat muslim yang kebanyakan miskin papa yang makan sehari tiga kali saja tidak bisa? Kenapa harus membangun masjid “magrong-magrong”, jika membuang sampah yang benar saja  belum bisa? Kenapa harus selalu menggelar kegiatan keagamaan raksasa dan mewah-mewah, sementara buruh-buruh pabrik kita tiap hari dihantui ancaman PHK karena peraturan yang selalu menguntungkan pengusaha!!!

Gusti Allah membenci orang sombong. Lebih-lebih sombong dengan mengatasnamakan diri-Nya.

Catatan foto: foto kegiatan keagamaan masyarakat Hindu, Thaipusam, Februari 2023 silam.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Tip untuk Guru: Ikhtiar Agar Profesi Guru Tetap Barokah
Kultur

Tip untuk Guru: Ikhtiar Agar Profesi Guru Tetap Barokah

August 29, 2025
Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean
Kultur

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

February 23, 2025
Di Taipei, Saya Rindu Udara Malang
Kultur

Di Taipei, Saya Rindu Udara Malang

January 3, 2025
Next Post
Ruko Tua di Singapura, Dulunya Rumah bordil

Ruko Tua di Singapura, Dulunya Rumah bordil

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

Ruang Merokok di Orchard Road

Ruang Merokok di Orchard Road

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Begini Kebiasaan Orang Asli Singapura di Eskalator

Begini Kebiasaan Orang Asli Singapura di Eskalator

5 years ago
Di Bulungan, Hasan Bersajak

Di Bulungan, Hasan Bersajak

18 years ago
Harmoni Babi Hutan dan Prata India

Harmoni Babi Hutan dan Prata India

11 years ago
Hitam-Putih dengan 7D2

Hitam-Putih dengan 7D2

8 months ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Cara mengajar Catatan Cerita Dollar Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Guru Humaniora Indonesia Johor Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Monyet Mudik Pajak Pedagang Pendidikan Pengemis Perpustakaan Photo Premanisme Profesi rasa singapura Rezeki Rotan Sejarah Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Vietnam Warung
No Result
View All Result

Highlights

“Membeli” Perempuan Vietnam

Bakul Gedhe dan Bakul Cilik

Perpustakaan dan Pajak Kita

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Trending

Rotan Pemukul Bocah
Humaniora

Rotan Pemukul Bocah

by Sultan Yohana
September 7, 2025
0

SAAT melewati toko pecah-belah, Senin (25/8) malam, istri saya menunjukkan seikat rotan yang dijual toko. "Untuk apa...

Tip untuk Guru: Ikhtiar Agar Profesi Guru Tetap Barokah

Tip untuk Guru: Ikhtiar Agar Profesi Guru Tetap Barokah

August 29, 2025
Delapan Karakter Unik Singapura

Delapan Karakter Unik Singapura

August 21, 2025
“Membeli” Perempuan Vietnam

“Membeli” Perempuan Vietnam

July 9, 2025
Bakul Gedhe dan Bakul Cilik

Bakul Gedhe dan Bakul Cilik

June 25, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana