Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

: Sekali cabut, empat gigi lenyap.

Sultan Yohana by Sultan Yohana
April 30, 2023
in Tentang Aku
0
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
0
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Suatu hari, enam tahun silam, gigi saya nyeri-nyeri. Sementara saya tinggal di Singapura, saya tidak bisa langsung ke dokter gigi karena dokter gigi saya jauh di Batam. Begitu kesempatan nyebrang ada, begitu di depan dokter gigi saya langsung ngomong; “dok, tolong dicabut lima gigi saya sekaligus!”

Saya ngotot. Dokter juga ngotot menolak. Tapi ketika itu saya bersikeras, saya merasa yang paling tahu tubuh saya ketimbang si dokter. Ini gigi-gigi, satu-satunya cara untuk tidak nyeri-nyeri lagi, ya harus dicabut. Saya tak mempertimbangkan hal-hal lainnya. Saya hanya ingin tidak lagi nyeri-nyeri gigi. Titik! 

Memang, belakangan itu, saya sering nyeri sakit gigi. Usut punya usut, karena saya ketika itu keseringan berolahraga. Otot yang terlalu stress, kemudian membuat otot-otot lelah, tegang, dan berefek pada gigi. Kadang juga merembet menjadi sakit kepala. Setelah benar melakukan olahraga, plus pijit rutin sebagaimana saran seorang kawan yang berprofesi sebagai personal training instructor, nyeri-nyeri itu berkurang banyak, dan gigi saya tidak lagi pernah nyeri-nyeri.

Kembali ke dokter gigi. Setelah debat panjang, plus melakukan X-ray, dll, dokter menyerah. Menuruti permintaan saya. Tapi ia mau mencabut empat gigi sekaligus. Gigi-gigi yang sebetulnya masih sangat sehat. Tapi ya itu tadi, KESOKTAHUAN serta kengototan saya, itu yang membuat saya pada akhirnya menyesali keputusan “brutal” itu. Gigi saya jadi ompong. Kegiatan mengunyah terganggu. Ujung-ujungnya, ada rasa malu dan tidak percaya diri ketika ngobrol membuka mulut.

Setelah itu, saya memutuskan membuat gigi palsu. Habis Rp2.5 juta. Tapi tidak nyaman, dan itu gigi tak pernah saya pakai lagi. Mau pasang gigi permanen, mahalnya naudzubillah. Ndak mampu keuangan saya.

Setiap kali gosok gigi, saya terus saja menyesali keputusan “brutal” itu. Membodoh-bodohi diri sendiri. Tapi, pada akhirnya, saya kepikiran, ngapain berlarut-larut menyesal, tokh semuanya sudah terjadi. Kenapa ndak milih mencari “hikmah” lain dari keputusan bodoh itu?! Mencari hal-hal lebih positif?!

Dan ya, saya akhirnya bisa menemukannya:

Dengan gigi ompong, saya KINI selalu berusaha membatasi diri untuk tidak banyak bicara. Ya itu tadi, karena rasa malu dan tak percaya diri punya gigi-gigi ompong. Setiap kali ngomong dengan orang lain, saya berusaha ngomong secukupnya. Membuka mulut sekecil-kecilnya. Tentu saja, untuk menutupi keompongan saya.

KOndisi yang memang tidak nyaman sekali.

Tapi, lama-kelamaan, rasa malu itu berubah menjadi rasa syukur. Ketika saya tidak banyak ngomong, saya tidak banyak KESELEO lidah. Tidak banyak ngelantur. Tidak banyak berbohong. Tidak banyak ngoceh-ngoceh ngawur. Pada akhirnya, saya harus bersyukur, gigi ompong “menghindarkan” saya dari bahayanya lidah.

(silat) Lidah itu betul-betul berbahaya. Apalagi di jaman Youtube ini. Di jaman setiap orang punya HP yang bisa merekam kesalahan-kesalahan lidah kita saat berbicara. Ustad-ustad, kyai-kyai, penceramah-penceramah; atau siapa pun mereka yang profesinya mengandalkan “silat lidah”, seringkali terpeleset oleh  kesalahan lidah mereka sendiri. Anda pembalap mobil, resiko terbesar tentu kecelakaan dengan mobil. Begitu juga Anda yang mencari uang dengan “jualan” lidah. Lidahlah potensi terbesar yang bisa mendatangkan resiko dan bahaya.

Kerapkali, mereka gagal mengendalikan lidah mereka. Apalagi ketika di hadapan banyak orang yang khusuk mendengar omongannya. Di hadapan umatnya, di hadapan jamaahnya; lidah-lidah itu seakan terus saja meronta untuk sehebat mungkin bisa membuat pengagumnya kian kagum. Sekalipun kata-kata kotor atau kebohongan yang keluar dari itu mulut, mereka tidak peduli. Di MOMEN itu, biasanya, di kepala para penceramah, yang penting orang yang mendengar omongannya, tergakum-kagum.

Mereka, BIASANYA selalu merasa malu dianggap bodoh! Hingga, terus saja mereka bersilat lidah untuk menyembunyikan keterbatasan pengatahuan mereka. Hingga…, pada satu titik, ketika bahan pembicaraan habis, terpelesetlah lidah mereka. 

Mereka yang gagal menjaga lidah, jelas salah. Tapi, bagi saya, kita yang kerap memberhalakan mereka-mereka, memuji-muji mereka setinggi langit, sama salahnya. Karena “penyembahan” kita lah, mereka jadi manusia-manusia kurang ajar! Di Kitab Suci kita, banyak sekali mengingatkan bahayanya bersilat lidah, sekaligus tidak memberhalakan manusia.

Gigi ompong, ternyata bermanfaat juga! Hehe.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Duh Gusti….
Tentang Aku

Duh Gusti….

June 30, 2017
Next Post
Ruang Merokok di Orchard Road

Ruang Merokok di Orchard Road

Padat Merayap: Jam Sibuk di Jalan Tol Singapura

Padat Merayap: Jam Sibuk di Jalan Tol Singapura

Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Kemalasan yang Menyala-nyala

Kemalasan yang Menyala-nyala

18 years ago

Hak Azazi Tikus*

20 years ago
UMK Batam dan “Minimarket Negara” ala Singapura

UMK Batam dan “Minimarket Negara” ala Singapura

11 years ago

Pak DPD, Semenit Kau Buat Bahagia

14 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bebas kendaraan Bule Cara mengajar Catatan Citizen Dollar Efisiensi Foto Gadis China Gibran Humaniora Indonesia Jatim Johor Kedai Kucing Kurs Lee Kwan yeo Malang Malaysia Masjid Mudik Netizen Pendidikan Pengemis Profesi rasa singapura Rezeki Rotan Rupiah Secondary school Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Taipei Taiwan Thailand Tradisional Vietnam Warung
No Result
View All Result

Highlights

Sepakbola Sederhana!

Ketika Banyak Restoran “Terpaksa” Jadi Halal

Keteladanan Lee Kuan Yew

Eror “White Balance” Mata!

Secondary School di Singapura

Sepasang Orangtua dan Pembantunya

Trending

Bebas Merdeka tanpa Kendaraan
Humaniora

Bebas Merdeka tanpa Kendaraan

by Sultan Yohana
December 26, 2025
0

SEJUJURNYA, dalam sepuluh tahun terakhir, saya merasakan betapa bebas merdekanya pikiran saya, setelah tidak diribeti oleh kepemilikan...

Pagi yang Nyaris Sempurna

Pagi yang Nyaris Sempurna

December 21, 2025
KH Bisri, Rais Aam yang Mengajar Bocah Baca Quran

KH Bisri, Rais Aam yang Mengajar Bocah Baca Quran

December 6, 2025
Sepakbola Sederhana!

Sepakbola Sederhana!

November 24, 2025
Ketika Banyak Restoran “Terpaksa” Jadi Halal

Ketika Banyak Restoran “Terpaksa” Jadi Halal

November 21, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana