ISTRI saya, Joanne, dan bungsu kami, Zak; sedang memperhatikan lukisan Cheong Soo Pieng, “In a Balinese Village” di National Gallery Singapore, Minggu (12/8/2024) lalu. Eksebisi gratis ini (jika Anda sedang ke Singapura, saya rekomendasikan datang ke sini – ketimbang cuma ke Patung Singa, Orchard, Bugis; yang begitu-begitu saja – tidak hanya sekedar memajang hasil pelukis beken saja. Lebih dari itu, banyak hal menarik disajikan dalam pameran. Penggunaan X-Ray, mikroskop, dan segenap metode “investigasi” mutakhir yang dilakukan atas karya-karya Cheong, ini, justru bisa menarik perhatian bocah-bocah seusia bungsu saya, yang kini 12 tahun.
Sebagai contoh lukisan “In a Balinese Village” ini. Investigasi yang dilakukan para kurator menemukan, lukisan bertahun 1953 ini, dilukis ulang oleh pelukisnya di kanvas yang sama pada tahun 1964. Masuk ke pameran, seperti masuk ke sebuah labolatorium Kimia saja. Di tempat pameran, juga disiapkan sejumlah mikroskop, agar siapa pun, terutama anak-anak, bisa membayangkan bagaimana investigasi atas karya-karya lukis Cheong dilakukan.
Proses investigasi inilah yang saya pikir menarik untuk dikenalkan anak-anak yang, mungkin belum bisa mengapresiasi karya seni, namun sudah diajarkan pelajaran IPA. Eksebisi menyuguhkan proses itu dengan detil, mulai dari penelusuran materi arsip yang dilengkapi dengan alat-alat teknis seperti fotografi inframerah dan pemindaian sinar-X. Rumahsakit Umum Singapore bahkan dilibatkan untuk meneliti lukisan-lukisan Cheong, karena kelengkapan alat seperti X-ray dan infrared.
Pada akhirnya, jadilah sebuah pameran luisan menjadi menyenangkan, bagi siapa pun. Terutama anak-anak. Tidak membosankan seperti umumnya pameran lukis.
(*)