Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Singapura

Cara Sederhana Singapura Melawan Gratifikasi

Sultan Yohana by Sultan Yohana
September 28, 2024
in Singapura
0
Cara Sederhana Singapura Melawan Gratifikasi
0
SHARES
4
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter


KAMIS (29/8/2024) siang itu, istri pulang kerja lebih awal. Tak ada kegiatan belajar-mengajar hari itu, sekolahnya tadi merayakan Hari Guru, yang seharusnya jatuh esok hari, 30 Agustus. Namun karena Jumat, seluruh sekolah di Singapura libur, perayaan dimajukan sehari. Ia pulang dengan segepok tas plastik yang isinya penuh. Di sofa ruang tamu, ia kemudian mengodol-odol isi tas. Menyelidiki satu persatu isinya.

Saya duduk di sebelah sofa, di depan komputer, ketika ia mengeluarkan semua isi tasnya.

Isi segepok tas yang diodol-odolnya itu adalah hadiah-hadiah Hari Guru dari murid dan guru-guru bawahannya. Ada kue kering, coklat batangan, permen, alat tulis, dan segala thethekbengek seumumnya hadiah yang nilainya tidak berlebihan. Termahal saya taksir adalah sebatang coklat yang saya taksir seharga $5 dolar-an. Di antara hadiah itu, tidak ada yang “mengkhawatirkan”.

“Mengkhawatirkan” bagaimana?

Di sinilah letak poin penting bagaimana pemerintah Singapura mendidik masyarakatnya,terutama PNS, untuk tidak terlibat gratifikasi atau KKN. Pendidikan dimulai dari hal kecil, yang bahkan sebetulnya dibolehkan: yakni menerima hadiah.

Orang dengan profesi seperti istri saya, harus memperhatikan hadiah-hadiah yang diterimanya. Hadiah dari siapa saja. Jika dirasa hadiah itu terlalu MAHAL, biasanya istri saya akan mencatatnya, kemudian melaporkannya ke sekolah perihal hadiah itu. Dengan kesadaran penuh dan sukarela. Tindakan ini dilakukan istri untuk berjaga-jaga, jika kelak si pemberi hadiah MUNGKIN mempersoalkan pemberiannya.

Kita tahu bukan, kerapkali, orang memberi sesuatu dengan tujuan tertentu. Semakin mahal hadiah yang diberikan, biasanya semakin besar pula keinginan yang disembunyikan oleh si pemberi.

Setelah pihak sekolah menerima laporan perihal hadiah yang terlalu mahal, biasanya kepala sekolah akan memberi pertimbangan. Jika dirasa pemberian itu berpamrih, istri diminta untuk mengembalikannya. Jika pemberian itu aman, hadiah itu bisa dinikmati. Jika tidak melaporkan, dan kelak timbul masalah; ancaman pemecatan bisa menimpa istri saya.

Di kasus istri saya, khusus antara guru dan pihak murid dan orangtuanya, sebetulnya peluang kongkalikong nyaris tidak ada. Mengingat istri saya mengajar anak-anak autis/berkebutuhan khusus. Tak mungkin toh murid atau orangtuanya menyogok istri saya, hanya untuk membuat nilai rapor baik? Sekolah autis tidak ada nilai rapor sebagaimana sekolah umum. Mereka juga tidak lulus lalu ke sekolah biasa seperti umumnya murid lainnya.

Apakah ada yang memilih tidak melaporkan hadiah-hadiah mahal? Saya yakin ada. Tapi tak banyak. Karena, harga diri orang Singapura itu tinggi. Intergritas mereka pantang “dilecehkan” dengan pemberian hadiah-hadiah. Pendidikan tentang gratifikasi atau KKN telah mendarah-daging mereka, hingga merasa malu untuk mereka lakukan. Lagipula, resikonya luar biasa besar jika ketahuan.

Kasus yang baru-baru ini menimpa Menteri Transportasi S. Iswaran bisa dijadikan contoh. Ia mengundurkan diri setelah didakwa pengadilan Singapura menerima sejumlah “hadiah” sepanjang ia menjabat pada periode 2015-2022 yang dianggap sebagai gratifikasi. Bentuk “hadiahnya” pun bukan seperti carter pesawat pribadi macam kasus Kaesang dan bininya yang lagi heboh itu. Atau hadiah berupa izin konsesi tambang. Melain sekedar hadiah berupa tiket F1, tiket pertandingan sepakbola dan konser. Hadiah yang, mungkin dianggap seumumnya orang Indonesia, wajar diterima.

Dari hal-hal sederhana seperti menyeleksi hadiah yang diterima inilah, Singapura yang empatpuluh tahun silam masih dikenal dengan kota yang penuh mafia dan praktik-praktik culas mereka, berhasil menjadi salah satu negara terbersih dalam urusan KKN.

Perang melawan KKN, tidak bisa hanya lewat ceramah-ceramah agama berisi ancaman surga neraka saja! Indonesia telah melakukannya, dan sejauh ini, gagal total.

(*)

Tags: GratifikasiSingapura
Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?
Singapura

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura
Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura
Singapura

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

March 9, 2025
Next Post
Kikuk Motret Jalanan: dengan kamera gedhe

Kikuk Motret Jalanan: dengan kamera gedhe

Bibi Moly & Kucing Bernama Ginger: Serta bagaimana menghadapi orangtua

Bibi Moly & Kucing Bernama Ginger: Serta bagaimana menghadapi orangtua

Orang Singapura yang Tidak Bisa ‘Nyante’

Orang Singapura yang Tidak Bisa 'Nyante'

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

2 years ago
Wushh…, Ini Terowongan MRT Singapura

Wushh…, Ini Terowongan MRT Singapura

4 years ago

Monyet Ekor Panjang di Sebuah Pojok Singapura

6 months ago
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

2 months ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Monyet Mudik Pajak Pedagang Pengemis Perpustakaan Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Vietnam Warung
No Result
View All Result

Highlights

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Trending

“Membeli” Perempuan Vietnam
Humaniora

“Membeli” Perempuan Vietnam

by Sultan Yohana
July 9, 2025
0

SEPENGAMATAN saya, perempuan-perempuan Vietnam adalah perempuan tercantik di antara negara-negara se-Asia Tenggara. Bahkan jika dibandingkan dengan Jepang...

Bakul Gedhe dan Bakul Cilik

Bakul Gedhe dan Bakul Cilik

June 25, 2025
Perpustakaan dan Pajak Kita

Perpustakaan dan Pajak Kita

June 3, 2025
Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

May 26, 2025
Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana