Singapura itu masyarakat multi-etnis. Dari orang Melayu hingga Yahudi, ada. Dari yang sangat religius hingga yang tak beragama, banyak. Dari bule Monaco hingga pembantu asal kampung terpencil Flores, bejibun. Dari lulusan Harvard hingga yang buta huruf, pating tlecek. Dari bule Amerika yang tak tahu adat, hingga noni-noni Jepang yang selalu merundukkan badan untuk berterimakasih; mudah ditemukan.
Pendeknya, Singapura itu gado-gado. Nano-nano rame rasanya. Bayangkan, dari sekitar 5.5 juta orang yang tinggal di sini, hampir setengahnya adalah orang asing yang memegang izin tinggal tetap atau sementara. Begitu beragamnya masyarakat Singapura, asal negara, tingkat pendidikan, otomatis membuat beragam pula budaya dan kebiasan mereka. Maka, jangan heran jika Anda di kereta api misalnya, bisa melihat mbak-mbak India memakai pakaian sari lengkap yang full berbau rempah-rempah, sementara di sampingnya berdiri mbak wanita karier berspan minim, dengan menenteng tas Hermes. Namun demikian, ada beberapa ciri khusus yang menonjol, yang dimiliki warga asli Singapura. Salah satunya, kebiasaan mereka di eskalator, atau tangga berjalan. Orang Singapura asli, yang dididik “secara Singapura”, biasanya akan berdiri di samping kiri saat menaiki eskalator.
Sambil membiarkan sisi kanannya kosong, sebagai bentuk toleransi bagi orang-orang yang mungkin terburu-buru, dikejar waktu. Sekalipun mereka berkelompok, begitu di eskalator, langsung saja mereka membentu barisan: berdiri di samping kiri. Tidak memenuhi eskalator dengan kelompok mereka. Itu adalah budaya. Kebiasaan. Yang mungkin masih bisa diperdebatkan apakah efektif atau tidak; tapi yang jelas, semangat toleransi atau penghormatan pada orang lain, itu yang patut ditiru dan disebarkan. Nah, jika Anda ke Singapura, dan melihat orang dengan seenaknya berdiri menutup jalan saat di eksalator: itu bisa disimpulkan, jika bukan orang asing, mungkin mereka orang asli Singapura yang tidak dididik secara baik. Atau uncle-uncle, auntie-auntie: yang memang keras kepala dan selalu ingin menang sendiri.