Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Dia Mengatai Saya Anjing Jalanan

Sultan Yohana by Sultan Yohana
October 22, 2005
in Tentang Aku
0
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ups…, dia mengatakan saya anjing jalanan. Memang, sih, kata-kata itu tanpa bernada umpatan, tanpa penekanan makna, tanpa keseriusan. Hanya sebuah percandaan. Namun tanpa kasih sayang.

Tapi tetap saja dia mengatakan, saya seperti seekor anjing jalanan! ”Berarti saya suka menumpahkan air liur? Menjilat-jilat pantat majikan? Atau menggonggong di kesunyian malam?” Dedar saya.

Dia tertawa. ”Bisa jadi. Tapi, okelah! Meski anjing jalanan, Kau tetap anjing jalanan yang manis.”

”Kalau saya anjing jalanan, berarti saya juga siap ditendang? Dilempari dengan sepatu laras keras ke muka saya? Siap diteriaki maling? Siap ditabrak sedan-sedan plat merah?”

”Pokoknya segala konsekuensi menjadi anjing jalanan-lah! Maaf-maaf saja!”

”Saya mengerti!” Kemudian saya melolong. Auuuuuuuuuuuuuuu……….., dan dia senang mendengar lolongan saya. Wanita itu, sahabat saya, kekasih saya, musuh bebuyutan saya, sekaligus rival saya, kemudian, berjingkrak-jingkrak kesenangan. Pinggul rampingnya digoyang-goyang. Senyumnya dikembang-kembangkan. Kedua tangannya bergerak-gerak membentuk menirukan anjing. Sambil mulutnya dimonyong-monyongkan. Huk…huk…huk… lucu sekali. Saya berusaha menebak, apakah dia menirukan anjing jalanan atau anjing gedongan?

Kami pun kemudian tertawa bersama. Berjoget bersama. Melolong bersama. Berjilatan bersama. Wah, pendek kata, semuanya bersama-sama deh! Tak sopan menceritakannya semua.

”Kita ternyata sama-sama seperti seekor anjing ya?” Canda saya.
”Tetapi tetap, kau anjing jalanan, aku anjing rumahan!”
” Lho?
”Apanya yang lho?”
”Nggak jadi ah….”
”Ayolah! Apanya yang lho?”
”Malu nih!”
”Kau malu dengan aku? Dengan sahabatmu? Dengan anjing peliharaanmu ini?” Dia mengatakan, ia anjing peliharaan saya? Yang benar saja Non! Enak saja kau bilang saya punya anjing peliharaan. Anjingnya kamu lagi! Nggak matching! Saya nggak mau, anjing peliharaan saya mengumpat majikannya sebagai anjing jalanan. Mengatai-ngatai saya, sepatu berlars keras, cukup layak menendang pantat saya. Mengata-ngatai, bahwa saya cukup terhormat ketika harus mati ditabrak sedan-sedan plat merah. Meskipun kamu bilang, saya anjing jalanan yang manis.

Pendeknya, saya tak mau, memiliki anjing peliharaan yang bisa menggigit pantat saya dari belakang. ”Seekor anjing pun punya harga diri. Punya hak hidup, dan tentu saja masih bisa menggonggong dan menggigit ketika sakit!” urai saya.

”Lho?” Dia terbengong. Benar-benar mirip sekali…maaf… dengan anjing. Tapi masih tetap cantik, kok. Seekor anjing yang manis, centil, dan menggairahkan.

”Apanya yang lho?” Tanya saya.
”Kamu pikir aku mau menggigit pantatmu?”
”Saya nggak mengatakan begitu!”
”Tapi maksudmu itu, kan?!”
”Tapi saya lebih suka kau gigit bibir saya.”
Dan, kemudian, kami pun tertawa. Bergoyang-goyang pinggul. Saling memoncong-moncongkan mulut. Menggerak-gerakkan kedua tangan menirukan anjing. Dan, huk…huk…huk…, saling menggonggong bersahutan.

Dia menghentikan gerakannya. Kemudian, menarik saya untuk menghentikan kekanak-kanakan ini semua. Dia berbisik, ” Apakah kau tidak suka memiliki anjing secantik saya?”

Lagi-lagi saya tak bisa menahan tawa dengan pertanyaan terakhirnya itu. “Tentu saja aku tidak bisa melakukannya!”

”Kenapa?”
”Seekor anjing tidak bisa bersahabat dengan anjing. Apalagi memilikinya!”
”Lho?”
”Anjing hanya bisa bersahabat dengan manusia! Tidak dengan sesama anjing!”
”Ah…teori!”
”Kalau tak percaya, ya, sudah! Aku tak memaksa.”
”Buktinya kita bisa bersahabat?”
”Karena kau anjing yang cantik, sementara aku anjing jalanan!”
”Yang penting kan sesama anjing!”
”Iya, ya…”
”Nah….kan! Tidak ada yang aneh dalam hidup ini! Bahkan banyak orang yang menuhankan anjing!”
”Masa?”
”Buktinya, banyak penjilat yang sukses. Banyak pengonggong yang jadi pejabat. Lihatlah! Mereka disembah-sembah selayak tidak ada yang lain di dunia yang lebih patut untuk dititah! apa itu tidak berarti menuhankan anjing?”

”Pintar juga kau! Memang, selain cantik, kau memang seekor anjing yang pintar!”
”Seorang anjing!”
”Apa bedanya seekor dan seorang?”
”Tentu beda! Tentu saja jika seekor, tidak bisa menjadi pentitah!”
”Tidak bisa menjadi pejabat maksudmu?”
”Ngomong-ngomong, awas! Di belakang kita ngebut mobil pejabat!” Dan kami pun dibuat lari tunggang-langgang dari ruas jalan. Mungkin ia lagi tergesa-gesa biar kebagian dana kompensasi BBM.

Nasib… nasib…

Batam, Minggu ketiga Oktober

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

April 30, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Next Post

Perempuan yang Kaku Beku

Dua Nenek di Depan Toko Pakaian Dalam

Lelaki dengan HP Sebesar Kepala Anjing

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Performa Sony LA-EA2 di kamera Sony A6300

Performa video Sony A6300 & Sigma 30mm F1.4 Art di Low Light

4 years ago
Bibi Moly & Kucing Bernama Ginger: Serta bagaimana menghadapi orangtua

Bibi Moly & Kucing Bernama Ginger: Serta bagaimana menghadapi orangtua

7 months ago

Welcome to Our Kampong!

14 years ago

Kemarin dia Berkata, Saya Sahabat Terbaiknya

20 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Mahal Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Pengemis Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Trending

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme
Catatan Lepas

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

by Sultan Yohana
May 26, 2025
0

SAYA membaca laporan Majalah Tempo pekan ini, "Oke Gas, Hercules". Tentang premanisme, terutama tentang sepakterjang Herkules dengan...

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

May 13, 2025
Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana