Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Cerita Foto

Mbah Satiman, Kearifan Indonesia

Sultan Yohana by Sultan Yohana
September 22, 2010
in Cerita Foto
0
Mbah Satiman, Kearifan Indonesia
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

PRIA TUA itu sibuk mengayun-ayunkan sepotong bambu sepanjang kira-kira setengah meter yang mengeluarkan bunyi prok.. prok..prokkk… Keprokan, begitu biasa petani Singosari, Kabupaten Malang, menyebut bambu sebesar lengan tangan orang dewasa yang tengahnya dibelah dan belahan satu-sama lainnya saling beradu ketika diayun. Seketika, ketika keprokan diayunkan, ratusan burung emprit yang berusaha mencuri padi, berterbangan meninggalkan areal sawah. ”Kalau ndak dijaga begini, bisa ndak panen saya,” kata pria itu dengan logat kental Jawa Timur-an, ketika saya menghampirinya.

Mbah Satiman, pria tua itu memperkenalkan diri ketika saya menyapanya, awal September lalu. Kulitnya legam, rambut putihnya tertutup topi. Kemeja batik bermotif Korpri dan celana pendek selutut, di sana-sini robek dan belepotan lumpur. Sebagai pria yang usianya di atas 80 tahun, keriput di sekujur tubuhnya justru terlihat liat jauh dari kesan ringkih. Keriput yang menjadi penanda betapa keras hidupnya.

Mbah Satiman, pria tua itu memperkenalkan diri ketika saya menyapanya, awal September lalu. Kulitnya legam, rambut putihnya tertutup topi. Kemeja batik bermotif Korpri dan celana pendek selutut, di sana-sini robek dan belepotan lumpur. Sebagai pria yang usianya di atas 80 tahun, keriput di sekujur tubuhnya justru terlihat liat jauh dari kesan ringkih. Keriput yang menjadi penanda betapa keras hidupnya.

”Dari subuh selepas sahur tadi saya di sini,” ia melanjutkan kata-katanya. “Di sini” yang dimaksud Mbah Satiman adalah hamparan sawah yang ditanami padi seluas seperempat hektar. Di sekujur padi yang mulai menguning tersebut, terbentang tali-tali yang di sana-sini diikatkan plastik yang menjulur di antara tonggak-tonggak kayu. Jalinan tali tersebut bermuara ke satu titik di gubuk tempat kami mengobrol. Jika ada burung menyerang tanaman padi sawah Mbah Satiman, ia tinggal menggoyang-ngoyangkan tali, mengusir si burung emprit. Jika masih membandel juga, keprokan menjadi alat pengusir berikutnya. Selain burung, tikus dan wereng adalah musuh utama petani kecil seperti Mbah Satiman.

Seperempat hektar sawah adalah luas yang sangat minim untuk sebuah keluarga dengan enam anak seperti Mbah Satiman. Warga Dusun Ngatik, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Malang tersebut, dalam sekali panen hanya mampu meraup lima hingga tujuh kuintal gabah dari seperempat hektar sawah yang ia miliki. Bahkan tak jarang; burung, tikus, dan wereng, lebih dulu “memanen” padi Mbah Satiman ketimbang ia sendiri. Jika sudah demikian, bersiap-siaplah Mbah Satiman mencari utangan selama empat bulan ke depan.

Mbah Satiman adalah satu dari jutaan petani Indonesia yang punya lahan di bawah satu hektar. Kian minim luas tanah yang dimiliki seorang petani, makin minim pula pendapatan mereka sebagai petani. Catatan dari Badan Pusat Statistik, jumlah panen gabah kering giling selama 2010 ini sebesar 64,9 juta ton. Ini produksi bersama 28,5 juta keluarga petani, termasuk orang seperti Mbah Satiman. Jika satu keluarga terdiri atas empat orang, tiap kepala kebagian 579 kg per tahun. Jika dikalikan harga gabah Rp3.300 per kilo, pendapatan petani per tahun hanya Rp 1,9 juta atau Rp5.307 per per hari. Angka yang bahkan untuk membeli sebungkus rokok Djie Sam Soe saja masih tekor.

Pendapatan itu masih belum dipotong biaya pupuk dan ongkos membajak. ”Kalau lahan sebesar ini, minimal pupuk yang dibutuhkan sekintar. Belum obat-obatannya (pestisida). Ongkos mbrujul (membajak) pakai kebo Rp150 ribu,” beber Mbah Satiman. Pria yang mengaku mencari tambahan biaya hidup dengan menarik becak itu mengaku lebih memilih menyewa pemilik kerbau ketimbang menyewa traktor. ”Biar bagi-bagi rejeki. Sakno seng duwe kebo,” ia menegaskan.

Beruntung orang seperti Mbah Satiman hidup di desa seperti Desa Klampok yang warnya masih punya hubungan sosial erat. Terkecuali membajak yang membutuhkan biaya, kebutuhan lainnya seperti saat panen, bertanam; dilakukan secara gotong-royong. Panen misalnya, tak butuh buruh bayaran, warga desa dengan senang hati berbondong-bondong membantu memanen dengan upah jerami sampah panenan yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan sapi. ”Namanya sayan, kita juga harus siap bantu jika ada petani lain yang butuh tenaga kita,” ungkap Mbah Satiman.

Mbah Satiman mengaku, seluruh sawah hasil panenannya tak pernah ia jual. Begitu panen, gabah-gabah dibawa ke tempat penggilingan padi. Setelah berupa beras, Mbah Satiman kemudian menyimpannya untuk kebutuhan makan sehari-hari. ”Beberapa juga diberikan tetangga kiri-kanan, dan anak-anak juga,” tegasnya.

Karena faktor usia, sekarang di usia 80-an tahun, Mbah Satiman memang sudah pensiun membecak. Selain sawah yang tidak bisa diharapkan bisa menghasilkan, Mbah Satiman hanya mengandalkan uang pemberian anak-anaknya, serta penghasilan tambahan dari bekerja sebagai buruh petani lain.

Istrinya, yang juga buruh tani, ikut menyumbang penghasilan pasangan keluarga tua tersebut. Mbah Satiman memang tidak mengeluh soal kerasnya ia punya kehidupan. Ia juga tidak pernah bisa protes jika pupuk melambung atau harga gabah menukik turun. Alam, menurutnya, telah memberi banyak hal padanya. ”Kalau butuh sayur dan lauk, tinggal ambil di sawah banyak. Manceng iwak ndik kali, metik kangkung ndik galengan yo wes iso mangan,” katanya sembari terkekeh.

Mbah Satiman, potret kearifan khas Indonesia

Foto-foto by Sultan Yohana

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Kucing-kucing Mudik
Cerita Foto

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Hitam-Putih dengan 7D2
Cerita Foto

Hitam-Putih dengan 7D2

February 1, 2025
Cerita Foto

Monyet Ekor Panjang di Sebuah Pojok Singapura

January 30, 2025
Next Post

Welcome to Our Kampong!

$6.6 Billion Bonanza

Rally

Rally

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

“Hal Kecil” yang Lebih Sulit Dilakukan

“Hal Kecil” yang Lebih Sulit Dilakukan

8 years ago
Singapura, dan Hari Anti-rasisnya

Singapura, dan Hari Anti-rasisnya

11 years ago

Perempuan yang Kaku Beku

20 years ago
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

1 month ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bos Bule Catatan Cerita Dollar Ekor panjang Film festival Foto Gadis China Gaji Gratifikasi Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Monyet Mudik Palestine Pengemis Photo rasa singapura Rezeki Rupiah Santai Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Slot Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Hitam-Putih dengan 7D2

Trending

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157
Indonesiaku

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

by Sultan Yohana
May 3, 2025
0

SAAT krisis moneter 1998, kurs rupiah terhadap dolar Singapura terpukul hingga Rp9.950 per 1 dolar. Meski hari...

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

March 16, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana