Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Humaniora

Manusia Berkelas

Sultan Yohana by Sultan Yohana
October 25, 2017
in Humaniora
0
Manusia Berkelas
0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

: Penyapu jalan bernama Pak Kadir

Umurnya sudah 79 tahun, setidaknya begitu pengakuan Pak Kadir pada saya. Tiga di antara penyapu kebersihan di lingkungan tempat tinggal saya di Ang Mo Kio, Singapura, Pak Kadir lah yang paling menarik perhatian. Dua lainnya, satu seorang Tionghoa tetangga saya, dan satu lagi, pakcik Melayu yang mulutnya selalu tidak pernah lepas dari kepulan asap rokok. Menariknya, ketiga-tiganya berusia di atas 70 tahun.

Alhamdulillah, ketiganya cukup akrab dengan saya. Saya terkadang menghampiri mereka untuk sekedar “say hallo” atau ngobrol ala kadarnya. Tanya-tanya kabar, atau apa saja yang membuat mulut saya dan mereka bicara. Anak-anak saya, juga selalu “saya paksa” menyapa jika pas berpapasan dengan mereka. Karena saya orang Indonesia, dan inilah “cara Indonesia” yang saya tahu untuk bertegur sapa.

Pak Kadir dan dua rekannya, mereka bertanggungjawab untuk kebersihan “ala kadarnya” di enam blok di lingkungan kami. Kenapa saya sebut “ala kadarnya”, karena sebetulnya pihak town council (baca: kelurahan) tidak butuh-butuh mereka amat. Saya menduga, mereka dipekerjakan agar mereka tetap bisa beraktivitas, sekaligus bisa dapat pemasukan.

Ada setim tenaga muda tukang bersih asal Bangladesh/India yang 24 jam berjaga membersihkan lingkungan. Ada alat-alat kebersihan canggih seperti street sweeper yang juga beroperasi. Lucunya, setiap kali Pak Kadir selesai menyapu tempat parkir, berikutnya giliran alat street sweeper bergerak; menyapu seantero tempat parkir tak sampai 30 menit beres.

Hal yang menjadikan perhatian saya berlebih atas Pak Kadir, adalah cara jalannya. Meski tubuhnya terkesan gagah dan berisi, namun kedua lututnya tidak bagus. Buruk sekali. Kedua lututnya harus dibebat-bebat dengan kain agar bisa kuat jalan. Langkahnya juga sangat pelan, diseret. Balita yang baru jalan saja, mungkin lebih cepat jalannya ketimbang Pak Kadir. Ia mendapat tanggungjawab menyapu lahan parkir memanjang sekitar 200meter. Itu saja.

Gajinya 60 dolar per hari. Berangkat dari rumahnya dengan menumpang bus umum di daerah Sengkang selepas subuh, setengah jam kemudian dia sampai. Sekitar pukul enam pagi (jam 5 WIB) dia memulai menyapu. Kelar sekitar pukul sepuluh atau sebelas pagi. Dia selalu tidak langsung pulang, begitu pekerjaan beres. Sembari menunggu keringat kering, Pak Kadir biasanya duduk-duduk, kadang sendiri, kadang dengan orang. Seperti pada Selasa (24/10) itu, saya menyapanya saat ia baru kelar dengan kerjanya.

“Kok kulit bapak agak kekuning-kuningan?” tanya saya sembari memperhatikan seputar telinga dan hidungnya.
“Iya dek, bapak agak sakit memang.” Ia kemudian menunjukkan dua botol pil yang dibungkus kresek kuning dari tas sandangnya. Pil yang menurutnya, diperoleh dari rumahsakit. “

Pak Kadir, sebetulnya tidak perlu bekerja. Ia mengaku bisa tinggal dengan salah satu dari tiga anaknya, sekedar bekerja menjaga cucu, misalnya. Salah satu anaknya, menurut Pak Kadir, berprofesi sebagai polisi. Tapi ia mengaku tak mau merepotkan anak-anaknya. Ia juga tak mau hanya duduk-duduk saja. “Kalau nak exercise, tubuh ini tambah sakit-sakit,” katanya.

Ya, selain bisa tinggal bersama anak-anaknya, Pak Kadir sebenarnya tak perlu khawatir tentang keuangannya. Ia bisa meminta bantuan pemerintah, menjelaskan kondisinya, untuk kemudian tiap bulan urusan keuangan, kesehatan, plus apa pun bisa ditalangi pemerintah. Seperti banyak tetangga-tetangga saya yang berusia tua, yang begitu.

Tapi, Pak Kadir sepertinya sosok “manusia berkelas” yang sudah jarang ditemui di jaman sekarang ini. Yang tidak ingin menyerah dengan usia tua dan lemah tubuhnya. Ia juga bukan sosok pengeluh atas kondisinya. “Bapak tak ingin seperti kawan-kawan bapak tu… (yang) tiap hari duduk ngerokok sambil minum. Trus matanya begini.. (menunjukkan ekspresi melotot) kalau lihat perempuan pake celana segini (tangannya menunjukkan ke pahanya),” Pak Kadir memb

eri penjelasan.

Sehat selalu Pak!
Foto pertama, Pak Kadir sedang bekerja, foto kedua, street sweeper bekerja, mengulang pekerjaan Pak Kadir. 

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!
Humaniora

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki
Humaniora

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

March 16, 2025
Bos dan Juragan Berkelas: yang selalu membayar layak karyawannya
Humaniora

Bos dan Juragan Berkelas: yang selalu membayar layak karyawannya

December 12, 2024
Next Post
Panggil Saya China

Panggil Saya China

Dancing Leaf I (meditation video)

Dancing Leaf I (meditation video)

Dancing Leaf II

Dancing Leaf II

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

The Power of Fingers

The Power of Fingers

8 years ago
Pembunuh!

Pembunuh!

16 years ago
Orang Singapura yang Tidak Bisa ‘Nyante’

Orang Singapura yang Tidak Bisa ‘Nyante’

7 months ago
Kebrutalan Sebuah Flat

Kebrutalan Sebuah Flat

17 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Mahal Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Pengemis Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Trending

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme
Catatan Lepas

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

by Sultan Yohana
May 26, 2025
0

SAYA membaca laporan Majalah Tempo pekan ini, "Oke Gas, Hercules". Tentang premanisme, terutama tentang sepakterjang Herkules dengan...

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

May 13, 2025
Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana