BELUM lagi pantatnya duduk betul di kursi besi di kedai India langganan, tempat kami janjian makan malam Jumat (16/5), bini kemudian merogoh tote-bagnya. Mengambil sebuah buku tipis, dan menyodorkan ke saya. “I borrow for you!” katanya. Hmm…, Murakami.
SAYA tak terlalu menyukai Murakami, sebetulnya. Tapi, apa salahnya membaca ini buku, dalam hati saya berpikir demikian. Hitung-hitung mengurangi rasa lelah mata, yang kini terbiasa membaca di layar HP. Saya juga tak tanya apa alasan dia, makbedunduk…, tiba-tiba meminjamkan buku untuk saya. Mungkin dia berpikir, kini saya tak lagi terlihat sering membaca buku. Mungkin dikiranya saya tak lagi membaca.
Memang, lima tahun belakangan ini saya tak lagi beli buku secara fisik, atau terlihat membaca buku secara serius. Kecuali buku tertentu yang bernilai nostalgia. Tapi saya tetap membaca buku. Bahkan frekuensi membaca saya kini jauh lebih intens. Saya membaca apa saja. Lewat internet, saya membaca artikel-artikel bagus yang dulu nyaris mustahil saya dapatkan. Saya membaca berita-berita berbobot yang ditulis wartawan-wartawan hebat. Saya beli buku e-book. Lewat HP, saya bisa membacanya di mana saja tanpa perlu repot-repot membawa buku. Itu mungkin, bini berpikir, saya tak lagi mengakrabi buku. Di matanya, mungkin, saya cuma main HP saja.
Sore tadi, seusai pulang renang, ia mampir ke perpustakaan Sembawang, perpustakaan dekat kolam renang. Untuk mengambil buku pesanannya. Dua buku. Satu ya, Murakami itu. Satunya lagi novel tulisan Amelia Wen Zhao. Saya tak kenal Amelia.
Perpustakaan Sembawang sebetulnya bukan perpustakaan terdekat dari tempat tinggal kami. Kami tinggal di daerah bernama Ang Mo Kio. Tapi agar sekali jalan dengan tempat bini berenang, saat meminjam online bini meminta pihak perpustakaan menyiapkan dua buku pesanannya untuk diambil di Sembawang. Untuk pengembaliannya, bisa dilakukan di mana saja di seantero perpustakaan di Singapura. Semua gratis!
Inilah asyiknya perpustakaan Singapura. Semua koleksi buku di semua perpustakaan di Singapura sudah online, dan terhubung satu dengan yang lain. Kita tinggal search buku yang kita inginkan. Jika ketemu, kita bisa sekaligus meminta pihak perpustakan mengirim ke perpustakaan tedekat dari rumah kita. Agar kita mudah mengambil pesanan kita.
Sekalipun, misalnya, buku yang kita inginkan dikoleksi oleh perpustakaan di daerah Changi yang letaknya paling ujung timur, kita bisa meminta pihak perpustakaan mengirimkannya ke Jurong, Singapura bagian Barat.
Apa pihak perpustakan tidak rugi? Mengirimkan dua buku pesanan seseorang dari ujung barat ke ujung timur Singapura? Kan perlu ongkos transport! Kan butuh orang untuk mengirim! Butuh bensin! Butung uang kopi! Hehe, itulah kenapa kita MEMBAYAR PAJAK! Duit pajak itu dipakai untuk melayani apa pun kebutuhan rakyat. Pelayanan perpustakaan yang saya jelaskan di atas, adalah contoh kecil pelayanan negara pada pembayar pajak. Pada masyarakat.
Dalam MELAYANI, itu, tidak ada istilah untung-rugi! Dalam MELAYANI, itu, tidak ada istilah pejabat-rakyat! MELAYANI itu kewajiban, dan kewajiban itu harus diselesaikan! Bukan dijanjikan! Karena gaji Anda sudah dibayar! Dari pajak dan pungutan aneka macam.
(*)