Seorang kawan, ketika saya tanya kenapa tidak berolahraga? Enteng ia menjawab, “wes tuek, wis ora mampu, wis kabotan awak*)…” Padahal usianya belum juga genap 40 tahun.
Dengan asumsi ia bisa mencapai umur 70 tahun, apakah 30 tahun ke depan ia akan hidup dengan tubuh penuh ketidakmampuan itu? Dengan rasa sakit yang tiap hari ia rasakan? Dengan segala keputusasaan (baca: kemalasan) yang ia asumsikan? Dengan potensi begitu banyak beban biaya dan kesulitan anggota keluarga yang akan terbebani sebagai kompensasi dari tubuh tak sehat?
Sakit itu, membangkrutkan!
Dalam doa, saya kerap minta pada Gusti Allah untuk tidak diberi umur terlalu panjang. Juga mati dengan cepat dan tanpa rasa sakit. Tapi meski demikian, saya mewajibkan diri untuk rutin berolahraga, sebagaimana kewajiban sholat dan puasa. Setidaknya tiga kali dalam sepekan jogging ringan. Saya percaya berolahraga (jika diniatkan dengan ibadah) itu tak kalah pentingnya dengan sembayang.
Cuma percaya (hanya) olahraga yang bisa menyebabkan badan sehat itu SYIRIK. Tapi, berdoa minta sehat dan panjang umur tanpa berolahraga itu melanggar SYARIAT (kalimat ini saya adaptasi dari sebuah kalimat di buku “Kisah Hidup Ali Bin Abu Thalib”, karangan Dr. Mustafa Murad halaman 24).
*) Bahasa Jawa: “sudah tua, sudah tak mampu, badan sudah terlalu berat (untuk diajak olahraga)”.
Foto ilustrasi semoga bisa memberi motivasi, bahwa tubuh berat (gemuk) bukan alasan untuk tidak berolahraga.