Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Kisah Cinta Dua Singa (6)

Sultan Yohana by Sultan Yohana
April 21, 2008
in Tentang Aku
0
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

: Ken & Tukang Sol Sepatu

April 11 pagi, bapak kesiangan berangkat kerja. Jarum jam di dinding rumah kita menunjuk angka 12.30 waktu Batam. Dengan motor kreditan, bapak berangkat dengan doa yang masih tertahan di tenggorokan. Entah, apakah di keadaan yang seperti sekarang ini, bapak berhak berdoa kepada Tuhan bapak? Terlalu banyak pengkhianatan yang bapak lakukan pada Tuhan bapak. Terlalu banyak.

Sebelum bapak bicara soal pengkhianatan, bapak ingin menjelaskan, kenapa bapak tambahi dengan “waktu Batam” pada kalimat “Jarum jam di dinding rumah menunjuk angka 12.30 waktu Batam?” Karena hingga saat ini, ketika mata bapak tercatut di jarum-jarum jam, otak bapak selalu harus berbagi citraan. Jarak kita hanya 22 mil membatas laut, namun ketika bapak masih nyenyak tidur, ibumu harus sudah siap-siap dengan pekerjaannya. Mandi, ganti baju, berdandan, berlarian mencegat bus, naik turun lift di stasiun, naik mass rapid transport, turun dan ganti kereta, naik-turun lift lagi, hingga akhirnya sampai di sekolah tempatnya mengajar. Begitu tiap hari. Sama seperti bapak yang tiap hari harus menghadapi berita-berita omong kosong yang tiada habisnya. Di Singapura, jarum jam berlari satu jam lebih cepat dari seharusnya. Di Singosari, jarum jam tiada arti selain alat penunjuk, waktu sholat telah tiba. Di tanah kelahiran ibumu, waktu adalah uang, di tanah kelahiran bapak, waktu sebisa mungkin dibunuh!

Ibumu, juga aku, di hari-hari yang membosankan, selalu beromong kosong soal impian kami: mengelilingi dunia. Menumpang kereta api dari Pasir Panjang, Singapura, kami bermimpi bisa mengarungi Malaysia. Menyebrang Thailand, Vietnam, China, hingga Asia Tengah, kemudian mendarat di Eropa Timur. Melewati perjalanan darat, tujuan impian selanjutnya adalah Eropa Barat.

Tapi tak tahu, kapan impian itu bisa kami laksanakan. Di setiap kami berdua, kami selalu tidak bosan membuka peta. Menunjuk tempat-tempat indah yang ingin kami kunjungi. Nepal, Katmandhu, Mekkah, Jerusalem, adalah sedikit tempat yang ingin kami kunjungi. Tentu saja bersama kamu, Kenny! Kita bertiga. Alangkah indahnya.

Ibumu adalah pejalan kaki tangguh. Wanita tertangguh yang bapak kenal. Di usianya yang sangat belia, ibumu seorang diri sudah mendaki Himalaya. Tidak sampai setengahnya memang. Dia juga sudah menjejakkan kaki di gurun Australia. Menikmati pantai Timor-Timur di antara desingan senjata. Mereguk kebrengsekan Amerika Serikat, serta bertungkus lumus dengan bocah-bocah Indonesia yang dari hidung mereka meleler ingus-ingus hijau.

Dia menikmati setiap perjalannya. Bersama bapak, daerah-daerah paling berbahaya di Jawa, Kalimantan, Bali, dan sebagian Sumatera, telah kami lalui. Tapi bapak selalu merasa bukan siapa-siapa ketika bersama dia. Ibumu terlalu tangguh. Sangat tangguh.

Hingga akhirnya, perjalanan harus kami sudahi – atau tepatnya kami kurangi – oleh sebuah pernikahan yang sangat sederhana. Pernikahan berbiaya 48 dolar Singapura. Tapi sehari setelah kami menikah, kami sudah tercatut dalam ingar-bingarnya jalanan Kota Kinabalu, Malaysia. Bulan madu atau entah apa namanya, kami habiskan di jalanan Kota Kinabalu. Sebuah perjalan terakhir sebelum kau mengada.

Apakah bapak berkhianat dengan impian bapak sendiri, Nak? Mungkin iya. Dan bapak telalu banyak berkhianat. Pagi tadi, ketika bapak berangkat kerja, sesosok Lelaki Paruh Baya mengingatkan bapak untuk tidak meneruskan pengkhianatan ini. Lelaki itu, Tukang Sol Sepatu asal Purwakarta, adalah sebenar-benarnya pejalan kaki tangguh. Berpeci daun pandan yang melindungi wajahnya dari sengatan teriknya matahari Batam, Lelaki itu duduk di kotak sol sepatunya, di bawah beringin di halaman gereja orang-orang Batak, di Kompleks Legenda, Batamcentre. Tidak ada yang ia kerjakan selain berteduh dan melamun seorang diri. Tanpa sedikitpun mempedulikan orang-orang maupun kendaraan yang lewat di jalan depan gereja berdinding papan itu. Dia membuka topi dan mengelap peluh dengan jari-jemarinya yang kokoh, ketika bapak lewat tanpa sapaan.

Bapak kenal Lelaki itu. Beberapa hari sebelumnya, bapak panggil dia ketika lewat di rumah kontrakan bapak. Sol sepatu bapak sedikit terkelupas, dan bapak memerlukan keahlian Dia untuk membenahi sepatu bapak. Dengan sogokan secangkir kopi dan sebatang rokok, bapak tahan dia untuk menceritakan secuil kisah hidupnya. Secuil perjalanannya.

Dalam secuil kisahnya itu, dia sempat menceritakan soal tiga anak dan seorang istrinya yang tengah menunggu dia di sebuah kamar kos-kosan bertarif Rp400 ribu sebulan di bilangan Baloi. Satu kamar untuk lima orang? Bayangkan Kenny! ”Enam anak saya sebenarnya. Tapi yang tiga saya tinggal di Jawa. Yang tiga lagi, terlalu kecil untuk jauh dari kedua orangtuanya,” kata Tukang Sol itu, yang sayangnya bapak lupa menanyakan siapa nama dia.

Dengan memanggul dua kotak kayu tempat menyimpan peralatan sol, dalam satu hari Bapak Paruh Baya itu bisa berkeliling separuh Batam dengan jalan kaki. Sambil berteriak-teriak di sepanjang perjalannya, menawarkan jasa perbaikan sepatu, Lelaki itu sungguhlah seorang pejalan kaki yang tangguh. Kulitnya hitam terbakar. Kedua kaki dan lengannya kokoh oleh urat-urat yang bertonjolan. Matanya yang selalu sayu memandang apa pun, tak bisa membohongi, bagaimana dia menanggung beratnya menjalaini sebuah perjalanan.

Sialnya, dia sama sekali tidak mengeluh, Nak! Tidak! Bahkan dia tegas mengembalikan uang kembalian, ketika bapak kasih lebih ongkos perbaikan sepatu bapak. Bapak kehilangan akal membayangkan kehidupannya. Sama hilang akalnya ketika mengingat banyak kenalan bapak, rekan kerja bapak, yang justru bangga dan teriak-teriak kegirangan ketika mengemis belas kasih dari orang-orang yang mereka anggap pembesar. Menaiki mobil hasil mengemis. Belanja jins hasil mengemis. Atau nongkrong ngopi di Godiva dengan uang ngemis.

Pengemis tetap pengemis, sekalipun yang memberi sedekah adalah seorang presiden Republik Indonesia yang banci itu! Dan pejalan kaki tangguh seperti Lelaki Paruh Baya itu, telah menyadarkan bapak untuk tidak lagi berkhianat terhadap mimpi-mimpi yang ibu dan bapakmu inginkan.

Kenyamanan sanggup melahirkan wanita pejalan kaki tangguh seperti ibumu. Kemelaratan juga terbukti mampu melahirkan sosok-sosok lelaki paruh baya Tukang Sol Sepatu itu. Jadi, tak ada alasan kau untuk tumbuh dan membesar menjadi lelaki lemah! Kau lelaki yang kuat, Ken! Bahkan ketika kau masih di dalam kandungan, kami, kedua orangtuamu tahu, kau bakal menjadi lelaki yang sangat kuat.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

April 30, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Next Post

SMS Itu Datang Terlalu Pagi

Kisah Cinta Dua Singa (7)

Kisah Cinta Dua Singa (8)

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Cara Sederhana Lolos Imigrasi Singapura

Cara Sederhana Lolos Imigrasi Singapura

8 years ago
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

2 years ago
Sekeluarga Singapura dan Satunya Babu Indonesia

Sekeluarga Singapura dan Satunya Babu Indonesia

18 years ago
Singapura, dan Hari Anti-rasisnya

Singapura, dan Hari Anti-rasisnya

11 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Mahal Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Pengemis Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Trending

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme
Catatan Lepas

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

by Sultan Yohana
May 26, 2025
0

SAYA membaca laporan Majalah Tempo pekan ini, "Oke Gas, Hercules". Tentang premanisme, terutama tentang sepakterjang Herkules dengan...

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

May 13, 2025
Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana