: Gelagapan menumbuhkan kecurigaan.
Saya masih ingat pengalaman satu kawan dengan Imigrasi Singapura. Ketika itu kami serombongan kantor, 20 orang, hendak “jalan-jalan” ke Singapura. Nyaris semua rekan bisa lolos dengan mudah di pemeriksaan Imigrasi. Satu rekan yang harus menghadapi “interogasi” lebih dari satu jam. Rekan, yang lucunya, mendiang ibunya berstatus WN Singapura. Saudara-saudaranya juga banyak jadi warga Singapura.
Kawan saya, kami memanggilnya “Mbak Malla”. Dia lahir di Batam, asli orang Kepri. Singapura, baginya, adalah “teras rumah” yang sejak kecil jadi tempatnya jalan-jalan. Bahkan ia pernah setahun bekerja di sini. Banyak saudaranya yang WN Singapura, memudahkannya bekerja di sini. Lalu, kenapa dia ditahan dan diinterogasi petugas Imigrasi Singapura? Usut punya usut, KTP dan paspornya yang baru keluaran Jakarta. Sementara database yang dipunya pihak Imigrasi, paspor dan KTP lamanya keluaran Batam. Ketidaksamaan itulah yang melahirkan interogasi lama.
Kali lain, saya pernah diminta tolong salah satu bos saya nguruskan masalah paspor istrinya. Beberapa saat sebelumnya, istrinya ditolak masuk Singapura, dan dibalikkan ke Batam. Pihak Singapura juga melarang istri bos saya untuk masuk Singapura dalam periode tertentu. Alasannya, tanggal lahir dan tahun antara paspor lama dan yang baru berbeda. Ini murni kesalahan cetak Imigrasi Indonesia yang mengeluarkan paspor istri bos saya. Meski sudah ada keterangan “tentang pengakuan salah atau ralat” dari Imigrasi Indonesia yang ditulis tangan plus cop di bagian belakang paspornya, tapi, petugas Singapura tidak mau tahu. Penolakan tetap dilakukan.
Begitu banyak kisah sedih, terkadang konyol, sebagian bahkan tak masuk akal yang berhubungan dengan petugas Imigrasi Singapura. Di kalangan warga Indonesia, bahkan ada yang meyakini, jika namanya berbau “Islam”, petugas Imigrasi Singapura akan mempersulit. Tentu saja anggapan ini sangat salah. Kalau mereka yang percaya tentang mitos “nama berbau Islam” ini tahu saban hari begitu banyak warga Batam etnis China yang dibalikin pulang, mungkin mereka akan meralat apa yang dipercaya sebelumnya.
Lagipula, petugas Imigrasi Singapura, sebagian besar adalah Melayu, dan beragama Islam. Di sini pula, hal-hal berbau SARA seperti ini, benar-benar diperangi.
Saya sendiri, entah sudah berapa ratus kali keluar-masuk Singapura. Ya, karena keluarga saya di sini, dan sebelumnya saya sempat 12 tahun bekerja di Batam. Kali ini, saya tuliskan beberapa hal sederhana, agar bisa lolos dengan mudah dari “cegatan” petugas Imigrasi Singapura. Semoga bermanfaat:
1. Belaku Sewajarnya
Jangan terkesan terlalu ramah, atau memasang muka masam. Sewajarnya saja. Kalau Anda terkesan terlalu ramah, petugas akan curiga, “mungkin ada yang disembunyikan di balik keramahan itu”. Jika sudah demikian, biasanya akan panjang pertanyaannya. Karakter orang Singapura beda dengan orang Indonesia, mereka tidak terbiasa beramah-ramah pada orang yang belum dikenalnya. Rata-rata petugas Imigrasi akan memasang raut muka kurang bersahabat. Hal ini tidak perlu diambil hati, karena itu adalah bagian dari prosedur mereka. Mereka sedang menjalankan tugas, karena mereka bukan karyawan hotel yang harus beramah tamah.
2. Menjawab Seperlunya.
Pertanyaan-pertanyaan standar, akan selalu ditanyakan. Jawablah seperlunya, jangan dilebih-lebihkan. Orang Singapura tidak suka basa-basi. Karena kadang, jika Anda “terpeleset” mengeluarkan jawaban yang dianggap mencurigakan, Anda justru akan berpotensi mendapat pertanyaan jauh lebih banyak dan menjebak. Ini bisa membawa Anda ke masalah.
3. Isi Semua kolom di Kartu Kedatangan
Setiap orang yang datang ke Singapura, biasa akan diberi “kartu putih” yang berisi beberapa informasi mengenai dirinya. Seperti identitas paspor, tanggal lahir, domisili, berapa lama berkunjung ke Singapura, serta TERPENTING; alamat yang dituju di Singapura. Kartu kedatangan ini adalah “kunci” Anda mudah lolos atau tidak.
Banyak orang kena masalah karena tidak mengisinya dengan lengkap atau tidak jujur dalam mengisi. Yang paling sering adalah ketika sedang mengisi alamat di Singapura. Banyak di antara mereka yang cuma menulis “jalan-jalan” atau nginap di “hotel” saja tanpa menuliskan nama hotel dan alamatnya. Jika sudah begini, petugas biasanya akan menkonfrimasi, dengan misalnya bertanya berapa uang yang dibawa, atau apakah ada bukti booking hotel yang akan ditinggali. Jika gagal menunjukkan, biasanya orang seperti ini yang akan dimasukkan dalam ruang pemeriksaan.

Sebetulnya, ini dilakukan demi keselamatan si pengunjung sendiri. Pihak Singapura tidak mau, mereka berkunjung terus kemudian luntang-luntung ndak tahu nginap di mana. Karena di sini, kita tidak bisa “ujung-ujug” datang ke hotel untuk nginap. Banyak hotel tidak menerima tamu demikian, dan cuma melayani booking terlebih dahulu. Apalagi di waktu-waktu liburan, saya pernah semalaman penuh carikan hotel untuk tamu yang semula tidak berniat tinggal. Setelah datang ke puluhan hotel dan ditolak, akhirnya dapat di hotel “merah” yang biasa dipakai untuk “short time“. Itupun dapatnya cuma satu kamar saja.
4. Bawa Uang Tunai Secukupunya
Tidak harus membawa dolar. Kalau Anda tidak sempat menukar, bawa rupiah pun tidak apa-apa. Sebetulnya sangat jarang petugas Imigrasi Singapura minta menunjukkan uang yang Anda bawa. Tapi, kadang, jika Anda tidak bisa meyakinkan mereka di tahap awal, permintaan ini adalah hal terakhir yang mereka minta. Jadi, siapkan saja.
5. Jangan Sok Ngingris jika tak Menguasai
Jika Anda tidak bisa berbahasa Inggris, pakailah bahasa Indonesia saja. Rata-rata petugas Imigrasi Singapura beretnis Melayu, dan mengerti bahasa Indonesia. Kalau Anda sok-sok pakai bahasa Inggris, dan ditanggapi pakai bahasa Inggris pula, kuatirnya kalau Anda kurang menguasai bahasa Inggris, dan gelagapan menjawab, bahkan salah menjawab, petugas kemudian curiga. Jika sudah begini, repotlah Anda.
6. Pastikan Membawa Dokumen yang Diperlukan
KTP adalah hal penting, dan pastikan semua informasi di KTP sama dengan di paspor. Ada perbedaan, ini bisa menjadi masalah sangat besar. Kebanyakan orang ditolak masuk Singapura karena masalah ini. Bagi orang Singapura, kesalahan dokumen sangat krusial, tidak bisa ditoleransi. Jadi, jika ada perbedaan antara KTP dan paspor, sebaiknya jangan dulu ke Singapura sebelum dibereskan.
Mempersiapkan dokumen lain juga penting, seperti surat jalan, surat undangan jika memang datang sebagai undangan satu acara, atau bukti booking hotel (bisa diprint-out e-mail ).
7. Pastikan HP & Facebook Anda bebas hal-hal Mencurigakan
Mengecek HP dan Facebook, baru beberapa saat terakhir saja dilakukan petugas Imigrasi Singapura. Itupun jika si calon pengunjung dicurigai dan biasa telah dibawa masuk ke ruang pemeriksaan. Ini pengalaman rekan saya, yang hampir dua jam diinterogasi petugas karena setelah “gagal” di tahap awal pemeriksaan, ia diperiksa lebih seksama. HPnya diminta buka, dan didapati foto kawannya yang sedang membawa senapan. Sebetulnya itu foto di acara hunting bareng yang ia lakukan dalam tema “TNI”. Tapi, hal itu justru dianggap mencurigakan. Petugas kemudian menelepon saya, menkonfirmasi bahwa itu kawan saya, mengambil identitas KTP saya, hingga kemudian si kawan berhasil lolos. Petugas Imigrasi Singapura sempat berpesan pada kawan saya, “untuk sebaiknya menghapus foto-foto yang mencurigakan di HP saat hendak masuk Singapura.”
Jika tujuh cara sederhana itu dilakukan, Insyaallah dengan mudah petugas Imigrasi Singapura akan meloloskan Anda. Kecuali, jika memang Anda buronan internasional. Hehehe…
Selamat menikmati Singapura. Jangan lupa, jika jalan ke sini, banyak-banyakin lihat sekeliling Anda, jangan matut di HP doang. Biar bisa belajar banyak soal bagaimana antrian di angkutan kota, jaga kebersihan, serta menghormati orang yang lebih lemah. Jangan ke sini, cuma untuk belanja doang!