*) The Burning Laziness, ini kiranya judul yang dipilih HAH untuk novelnya yang masih dia kerjakan. Hehehe, setidaknya seperti pengakuannya di SMS HAH kepada saya. Tapi jangan percaya! Kemalasan yang menyala-nyala, HAH menterjemahkan The Burning Laziness demikian.
Tapi, saya kurang setuju. Kata “kemalasan” digabung HAH dengan frasa “menyala-nyala” bagi saya, sangat tidak melenakan. Malas yang ada di otak saya adalah sejenis makhluk tegap dengan segenap kemampuannya yang mumpuni, namun pada kenyataannya lungkruh lemah, tak bergairah. Enggan berbuat apa-apa. Sementara “menyala-nyala”, saya bayangkan sebagai sebentuk monster perkasa yang mampu meremukredamkan siapa saja. “Menyala-nyala” justru sangat menggairahkan.
Kemalasan! Ya, ini penyakit yang muncul justru ketika saya berhasil menikmati gaji pertama saya. Pelan namun pasti, “kemalasan” memakan saya hingga, seperti kata Chairil Anwar, “hilang bentuk”. Dulu, ketika remaja saya sanggup membaca buku hingga semalaman. Menulis hingga semalaman. Dan paginya, berjalan kaki, mencari ketegangan hingga sesiangan. Sekarang, cukuplah hanya dengan membuka koran dan majalah-majalah.
Memilih fotografi adalah bentuk kemalasan saya yang lain. Sebentuk pelarian dari keteguhan aktivitas membaca dan menulis yang terlebih dulu ingin saya geluti yang sekarang hilang. Saya sedih ketika banyak klien saya yang menyukai hasil foto saya. Kenapa bukan karya tulis saya yang mereka sukai. Kenapa justru hasil foto saya?
Untungnya HAH mencambuk saya. Di Kolom Kamisan di Batam Pos edisi 3 April kemarin, HAH memperotes kemalasannya sendiri. Dan tiba-tiba, ketika saya membaca tulisan itu, saya membaca pula kemalasan saya. Sialnya, cambukan itu tidak langsung menyakiti saya, menyadarkan saya.
Saya justru lari ke depan kamera. Sibuk potrat-potret diri dengan alat studio yang baru, yang selama ini saya impikan. Diancok! Kemalasan ini benar-benar menyala-nyala (?). Foto di atas, merupakan salah satu hasil dari kemalasan saya. Saya ambil dengan diafragma F:4 dan kecepatan 1/200, dari belakang saya, tersembur cahaya 110 watt yang terlebih dahulu mantul ke payung reflektor.
Lewat Photoshop, saya ubah dikit curves, level, dan sharpness. Terakhir, untuk memberi kesan kemalasan yang melena, saya gaussian blur foto itu.