Anda yang punya masalah bau badan; mungkin sebaiknya tinggal di Singapura!
Ya, benar! Saya tidak sedang bercanda. Kecuali orang India yang bau badannya lengur agak aneh itu – mungkin karena pengaruh makanan mereka – saya sangat jarang mencium bau badan orang-orang Singapura. Di pasar, di mal, di bus, apalagi di MRT; kanan-kiri depan belakang nyaris yang tercium hanya bau wangi semata. Seperti parade hebat-hebatan memakai parfum saja mereka itu. Siapa yang menggunakan parfum termahal atau murahan. Siapa yang doyan menumpahkan parfum berlebih di sekujur tubuh, atau cuma sepercik di pergelangan tangan dan di bawah telinga untuk sekedar menciptakan aroma kenyamanan.
Awas, parfum yang Anda pilih dan seberapa banyak Anda percikkan ke tubuh Anda, bisa mencerminkan pribadi sesungguhnya Anda! Maka dari itu, pandai-pandailah memilih dan menggunakan parfum. Jangan terlalu menyengat, apalagi berlebihan. Ingat, orang di sekeliling Anda tidak semuanya suka dengan parfum yang Anda pilih. Agar tidak terkesan kampungan, apalagi seronok macam blantik sapi yang baru saja dapat rejeki menang nomor sie jie.
Bau badan biasanya disebabkan oleh keringat tubuh. Tapi, bukan berarti Anda yang berkeringat banyak selalu bau badannya. Bau badan muncul karena Anda tidak menjaga kebersihan tubuh Anda. Bakteri yang biasanya gemar bersembunyi di ketiak atau tempat-tempat lainnya di lipatan tubuh, akan dengan sangat cepat berkembang dan menciptakan bau ketika ada media yang mereka senangi: yakni keringat yang basah.
Untungnya tubuh saya tak terlalu banyak menghasilkan keringat. Juga saya penggemar berat sayur dan buah-buahan. Jadi tubuh ini tak terlalu bau, dan terpenting saya tak pernah membutuhkan parfum. Padahal, demi sebuah cara hidup yang lebih hijau, lebih ramah lingkungan yang saya anut; saya biasa memakai sebuah kaos oblong lebih dari tiga hari. Celana jins? Bahkan bisa sampai dua bulan tak saya cuci. Saya juga enggan menyetrika. Bukankah banyak memakai deterjen, menghabiskan air untuk cuci, juga memakai banyak listrik untuk setrika akan membuat Bumi ini kian menderita! Saya sering tak habis pikir, ketika melihat orang-orang di sekitar saya, yang bahkan celana dalamnya saja kudu disetrika! Cara hidup yang kurang bijaksana di tengah isu global soal pemanasan Bumi yang kian mengkhawatirkan ini.
Save Mother Gaea! Selamatkan Ibu Bumi tercinta ini!
Hidup lebih hijau sebetulnya tak perlu sampai ekstrim meninggalkan “kenyamanan” yang selama ini kita nikmati. Anda mungkin tak harus tidak menyetrika pakaian Anda, memilih mengganti mobil menjadi sepeda onthel. Tidak perlu sampai demikian. Tapi, jika bisa, tak ada salahnya melakukan. Namun, bagi saya, ada hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk lebih mencintai Bumi yang kian renta ini.
Saya berusaha, ketika makan di warung – saya tak pernah masak – misalnya, sebisa mungkin memakai sedikit tisu dan sebiji tusuk gigi. Tisu yang biasa saya pakai lap untuk sendok, saya simpan untuk kemudian saya pakai lagi untuk ngelap sudut-sudut mulut ini. Terkesan jorok ya? Iya jika kita tak bisa menyiasatinya. Makan di warung, dengan tisu dan tusuk yang tersedia gratis, kadang membuat nafsu kita untuk memakai dengan semena-mena muncul. Jangan berpikir “mumpung gratis”, melainkan berpikirkan bahwa membuat selembar tisu atau sebiji tusuk gigi, mengorbankan sepohon hutan yang harus ditebang.
Anda juga bisa mematikan HP saat tidur, menyortir sendiri sampah kering dan basah di rumah, atau merawat dengan baik mesin kendaraan kita. Jika sedikit mau repot, kita bisa menolak memakai kantong plastik jika kita bisa menenteng barang belanjaan dengan tangan.
Hal-hal sederhana, yang jika kita biasakan, mungkin akan menurunkan beberapa derajat celcius suhu Bumi tercinta ini.
Kembali ke bau badan. Sekali lagi, untungnya bau saya tak terlalu menyengat. Kalaupun kadang muncul, saya memilih mandi lebih bersih, bukannya menyiramkan parfum ke tubuh saya. Sungguh, seumur hidup saya tak pernah sekalipun membeli parfum untuk saya pakai sendiri. Seumur-umur saya juga tak pernah punya sebotol parfum. Satu-satunya pewangi yang biasa saya pakai adalah bedak bayi merek Jhonson milik anak saya, Ken. Juga sebuah deodoran merek Adidas hadiah ulangtahun dari istri saya, yang meski sudah dua tahun lalu saya terima, sampai sekarang belum juga habis. Itu karena saya sangat-sangat jarang memakainya.
Lalu, apa hubungan bau badan dengan Singapura? Di daerah tropis seperti Batam atau Singapura, udara panas adalah musuh bagi orang yang punya keringat berlebih. Jika kemudian si orang itu kurang menjaga kebersihan seperti saya, wow…, bisa kita bayangkan betapa baunya si orang itu. Dan Singapura adalah sebuah negeri tropis dengan udara sub-tropis. Kota ini mirip air conditioning raksasa yang dipasang di tengah belantara tropis daerah pantai yang udaranya menyengat ini. Tentu saja untuk melakukan semua itu, diperlukan biaya dan energi yang luar biasa besarnya. Diperlukan pengorbanan yang tak kalah mengerikannya: memanaskan sepersekian derajat suhu Bumi akibat banyaknya energi yang mereka pakai.
Di Singapura, kipas angin dan pendingin udara, sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakatnya. Bahkan menurut saya terlalu berlebihan. Nyaris di semua sudut dan tempat di sana, di transport-transport umum, AC selalu menyala dengan brutalnya. Saya bahkan sering melihat ruangan yang sudah ber-AC, masih menyalakan kipas angin. Kantor-kantor yang melompong, AC-nya juga masih terus menyala. Nyaman memang, dan membuat keringat kita tak terlalu banyak keluar. Jalan-jalan yang teduh oleh pepohonan rindang, juga mengurangi pengeluaran keringat kita.
Bahkan di Singapura, ada jalan yang diberi AC! Gila.
Singapura bak monster yang menyerap energi untuk kenyamanan “ketek” para warganya. Sebagai perbandingan konsumsi energi yang pernah dicatat Universitas Gadjah Mada, konsumsi energi per tahun penduduk Indonesia adalah sebesar 0,55 TOE (ton of oil equivalent), sementara penduduk Singapura sebesar 5,27 TOE. Lebih tinggi dari penduduk Jepang yang “cuma” 4,04 TOE, atau Korea Selatan yang sebesar 4,27 TOE. Dua negara terakhir yang saya sebutkan ini, adalah negara dengan penggunaan tekhnologi tertinggi di Asia.
Untuk sebuah bangsa yang tinggal di daerah tropis, warga singapura terlalu manja!
Singapura memang tempat yang cocok untuk ditinggali oleh orang-orang yang manja seperti Nunun Nurbaeti yang tersangka korupsi cek pelawat Bank Indonesia itu. Yang memilih “lupa ingatan” agar terhindar dari pengapnya tahanan KPK. Bule-bule secara satir biasa menjuluki Singapura sebagai kotanya para lansia. Seolah-olah, pemerintah mereka tak merelakan satu warganya sekalipun digigit seekor nyamuk. Apalagi harus kepanasan karena terpapar udara tropis. Jadi, jika Anda punya masalah keringat berlebih yang menyebabkan bau badan, coba saja untuk tinggal di Singapura. Dijamin keringat itu akan mampet-pet. Apalagi jika Anda tak doyan berolah badan.
Duh, mahalnya “ketek” orang Singapura.
(sultan yohana)