: Ketimbang seorang jenderal gila
Menulis yang baik itu susah. Menulis yang enak dibaca, itu susahnya naudzubillah. Menulis yang baik, enak dibaca, hingga tanpa sadar berpotensi menanamkan ide di alam bawah sadar pembacanya, jauh lebih berbahaya ketimbang seorang jenderal gila yang sedang memegang AK-47. Apalagi di jaman media sosial mengambil-alih hampir sebagian besar kehidupan manusia.
Tulisan-tulisan provokatif, berat-sebelah, cenderung menyerang pihak tertentu, hanya akan bisa diterima dengan baik oleh pihak seide yang SETUJU dengan provokasi itu, namun DITOLAK mentah-mentah oleh pihak yang tidak mendukungnya. Dan, sebenarnya tulisan semacam ini tidak terlalu berbahaya, karena pembacanya cenderung membaca dengan emosi. Bukan dengan hati. Begitu emosi mereda, terlupa pula inti dari tulisan yang barusan dibacanya. Yang membekas, biasanya cuma emosi, rasa mangkel, jengkel, dan bisa jadi efek terburuk cuma menimbulkan sakit kepala sebelah. Tulisan seperti ini, mirip tai kuda yang jatuh di jalan raya, akan segera hilang ketika hujan datang, dan DILUPAKAN.
Tapi, tulisan yang BERBAHAYA justru yang “halus” dan “lembut” kayak mentega di dalam roti lapis tingkap tiga, yang rasanya tidak menonjol, tapi bisa buat Anda kena KOLESTROL! Dan untuk bisa menulis seperti mentega ini, Anda tak butuh lulus berstatus summa-cum laude dari Havard atau Universitas Indonesia. Anda hanya perlu baca banyak buku bagus, nongkrong di banyak tempat, ngobrol dengan banyak jenis manusia. Membuka lebar-lebat mata, telinga, hidung, dan seluruh indera, dan lebih penting, kata orang bule, “less talk more action!”
Lha kalau kupingnya selalu ditempeli headphones, matanya selalu dikacamatai hitam, hidungnya selalu mampet kena flu, muleknya cuma di warung kopi, ngobrolnya sama orang itu-itu saja, apalagi cuma pulang-pergi kantor rumah, dan waktu habis di depan komputer, mana bisa jadi orang berbahaya!