Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Singapura

“Menjual” Natal

Sultan Yohana by Sultan Yohana
December 2, 2011
in Singapura
0
“Menjual” Natal
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Menjelang Desember ini, pusat belanja dan jalanan di seantero Singapura gemerlap oleh hiasan-hiasan bertema Natal. Setiap mal seperti berlomba memberi pertunjukan pada pengunjungnya: pohon Natal paling spektakuler yang mereka bisa bangun. Di kawasan Orchird Road misalnya: tahun lalu tidak hanya satu pohon Natal raksasa, tapi puluhan pohon Natal ukuran raksasa dibuat di tiap mal yang ada di sana. Di City Hall, nyaris semua jalanan gemerlap oleh lampu hias bertema Natal.

Atau kalau tidak pohon Natal, sepaket istana salju yang juga bertema Natal biasa tersaji di lobi hotel, mal, ataupun jalan-jalan pusat aktivitas masyarakat sana. Pokoknya sangat meriah deh! Semuanya serba Natal, serba Kristiani. Bahkan apartemen, jalan-jalan pemukiman, tempat-tempat publik yang jauh dari keramaian, semuanya berdandan ala Natal.

Bagi saya, fenomena Singapura tiap menjelang bulan Desember aneh. Pikir saya, bukankah agama terbesar yang dianut warga Singapura adalah Budha (33 persen). Penganut Nasrani di sana memang cukup besar, berada di posisi kedua dengan jumlah 18 persen dari sekitar 3,5 juta warga negaranya (2 juta penduduk Singapura adalah orang asing yang hanya punya izin tinggal/kerja). Berikutnya, berturut-turut pemeluk Islam (15 persen), Taoisme (11 persen), serta Hindu (5.1 persen). Menariknya, warga yang mengaku tidak punya agama cukup besar, yakni sebesar 17 persen.

Lalu kenapa mereka begitu antusias tiap Desember datang untuk menyambut Natal?

Kalau mereka merayakan Imlek secara besar-besaran, mungkin masih masuk akal bagi saya. Seperti kita di Kepri ini, yang merayakan Hari Raya Idulfitri dengan masif. Tapi, kenapa Natal di Singapura harus dirayakan sebegini meriah? Selebrasi Hari Raya Idul Fitri bahkan tidak ada apa-apanya jika dibanding Natal. Padahal prosentasi penganut Kristen dengan Islam tidak beda terlalu jauh. Fenomena ini yang lama ada di pikiran saya.

Istri saya yang penganut Kristiani, punya jawaban sederhana kenapa di Singapura Natal dirayakan dengan besar-besaran. “Karena konsumerisme dan komersialisme Natal,” jawabnya. Desember adalah momen yang tepat untuk menyedot uang warga, baik warga Singapura maupun pelancong yang datang ke sana. Mengingat Desember, tambah istri saya, adalah saat di mana para pekerja, karyawan, buruh, pns, di Singapura; mendapatkan bonus tahunan.

Tampaknya saya bakal kecipratan bonus nih, dari istri saya. Hehehe.

Salah satu hal terbaik yang saya temui di Singapura adalah rasa toleransi beragama yang begitu tinggi. Memeluk dan meyakini satu kepercayaan adalah urusan pribadi masing-masing. Orang lain tidak lah perlu untuk ikut campur urusan agama orang lain. Selama saya berkawan dengan orang Singapura, saya tak pernah ditanya apa agama saya, apa keyakinan istri saya, dan kelak anak saya mau beragama apa. Sementara di Batam atau di Indonesia, salah satu pertanyaan yang selalu ditodongkan pada saya ketika mengetahui istri saya beretnis Tionghoa adalah: apa agama saya? Apakah istri saya seagama? Serta apakah anak saya kelak menjadi Islam atau Kristen?

Lama-kelamaan, pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu saya juga.

Seperti sebuah “barang dagangan”, momen Natal oleh kapitalis di Singapura dijual dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan untung. Memanfaatkan semangat Natal yakni “saling memberi, saling berbagi”, pusat-pusat perbelanjaan berlomba-lomba menawarkan paket belanja yang menggiurkan. Paket diskon gedhe-gedhean bisa ditemui di mana-mana. Rasa toleransi yang tinggi, memberi keuntungan tersendiri bagi kapital. Mengingat para penduduk Singapura, tidak perlu repot-repot mempertimbangkan mengenai keyakinan mereka untuk bisa memborong barang yang mereka inginkan. Ekonomi pun berputar dengan cepatnya.  

Dan sekali lagi, warga Indonesia yang dikenal doyan belanja, hanyalah menjadi obyek kakap sekaligus menggiurkan yang “diundang” Singapura untuk menghabiskan uang mereka di sana. Terutama menjelang Natal seperti saat ini. Cobalah sekarang jalan di pusat-pusat belanja di Singapura, obrolan-obrolan dengan bahasa Indonesia begitu mudah kita dengar, sekalipun di butik paling mahal yang ada di sana.

Foto oleh saya, lokasi di City Hall

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura
Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura
Singapura

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

March 9, 2025
Orang Singapura yang Tidak Bisa ‘Nyante’
Singapura

Orang Singapura yang Tidak Bisa ‘Nyante’

November 6, 2024
Next Post
Tanpa Cekikan di Changi

Tanpa Cekikan di Changi

Nenek Barbie

Nenek Barbie

Mahalnya Ketek Orang Singapura

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Pak DPD, Semenit Kau Buat Bahagia

14 years ago
Kisah Cinta Dua Singa (12)

Kisah Cinta Dua Singa (12)

16 years ago
Begini Kebiasaan Orang Asli Singapura di Eskalator

Begini Kebiasaan Orang Asli Singapura di Eskalator

4 years ago
Merencanakan Pensiun

Merencanakan Pensiun

2 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bos Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Film festival Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Palestine Pengemis Photo rasa singapura Rezeki Rupiah Santai Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Trending

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju
Catatan Lepas

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

by Sultan Yohana
May 13, 2025
0

SAYA contohkan misalnya "Rapat Akbar & Pengukuhan 100 Ribu Banser Patriot Ketahanan Pangan". Yang kebetulan, dalam sepekan...

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana