Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Aku, Saya, Kami, Gw, Ape Loo…

Sultan Yohana by Sultan Yohana
December 6, 2007
in Tentang Aku
0
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Awal-awal mengajar di SMP Nurul Jadid, Bengkong, murid-murid pada protes ke saya. ”Kok, pakai kata “aku”, Pak! Kan, tidak sopan…,” ini bunyi sebuah protes. Satu kali, ketika saya kembali lupa, dan menyebut saya sebagai “aku”, protes kembali berterbangan.

Akhirnya, setiap kali saya hendak menggunakan kata ganti orang pertama dalam menyampaikan pelajaran, saya berhenti untuk berpikir sejenak. Hmm…, kali ini harus pakai “aku” atau “saya”? Alhasil, tersendatlah komunikasi dengan murid-murid. Tak jarang lidah ini kepleset hingga menyebut “aku”. Sering pula, memanggil diri “saya”, hingga terasa kayak gimana, gitu.

Nah, yang ini soal “saya”. Terbiasa memakai “saya” di depan kelas, di luar kelas masalah serupa muncul. Di YM, kata “saya” terbawa-bawa hingga kawan chatting saya dibuat merajuk. ”Mas ini apaan sih, sama saya kok bilang saya… saya… terus! Nggak matching!” ini protes Sari, kawan chatting dari Jakarta sana yang saat ini kebetulan lagi minta tolong bantuin nulis skripsi. Sari, yang protes itu, jelek-jelek (emang jelek sih) tiap hari ketemu Presiden SBY, lho! Lha wong memang kerjaannya ngepel lantainya Istana Negara! Becanda, Sar, he-he.

“Aku” kagak sopan. “Saya”, nggak matching. Trus harus bilang apa? Terus terang, untuk membiasakan diri memakai keduanya secara bersamaan, teramat sulit. Alhasil, saya sering mengatakan yang salah di tempat yang salah. Bilang “saya” di chatting, ngomong “aku” di depan kelas. Diamput!

Mau pakai “gw”, dikira sok gaul. ”Orang Batam aja, pakek kata anak Jakarte! Ape loo..,” mungkin begini gerundelan kawan-kawan sekantor. Kalau sudah begini, bisa tambah berabe.

Terbukti, kan, kata ganti yang sepele ini bisa menimbulkan masalah besar!

Berbicara soal ganti-mengganti kata, mata saya terasa “tidak nyaman” ketika membaca catatan lepas Pemimpin Redaksi Batam Pos Candra Ibrahim, berjudul Diskusi Konsul AS (Batam Pos edisi 2 Desember), Bagaimana bisa nyaman, ketika mendapati kata “saya” belepotan di mana-nama. Saya yang ini, jelas-jelas tidak nyaman untuk sebuah tulisan.

Saya petikkan paragraf pertama:

Siang kemarin, saya dikunjungi Konsul Amerika Serikat di Medan, Sean B Stein. Jauh dari kesan formal, pria yang pernah lama di Timor Timur (Timor Leste) dan Jawa itu, sendirian saja ke kantor saya, Garaha Pena, Lantai 2, Batam Center. Penampilannya bersahaja, mengenakan pakaian kasual dan celana dengan bahan dasar jeans (jins), memuji-muji Batam Pos sebagai koran yang paling modern di (se) Sumatera. Tentu saja saya tersanjung, meskipun saya tahu itu hanya bagian dari basa-basi, he..he….

Lihat kalimat pertama: Siang kemarin, saya dikunjungi Konsul Amerika Serikat di Medan, Sean B Stein. Kata “saya” itulah yang saya anggap tidak nyaman. Kalau si konsul Abang Sam yang datang ke Batam Pos untuk mengunjungi “saya”, jelas yang dibicarakan berikutnya adalah “saya”. Tentu pujian si konsul tertuju kepada “saya”. Bisa jadi bunyi pujiannya begini, ”Wah, makin keren aja si Candra ini…” atau, “Lama tak ketemu, kau kini tambah tembem.” Bahkan bisa begini, ”Udah nambah istri belum? Biar bisa nyaingi AA Gym.”

Tapi yang tertulis di kalimat berikutnya tidak demikian. Si konsul memuji-muji Batam Pos. Memuji-muji Batam Pos yang kata Pak Candra dengan bangganya, menjadi referensi utama Pak Konsul mencari informasi soal kawasan perdagangan bebas. Tak ada satupun kalimat yang memuji “saya”.

Candra = Batam Pos? Jelas tidak. Di sana ada sekian ratus orang yang bekerja. Ada reporter, ada redaktur, pimpinan umum, tukang iklan, tukang cetak, tukang sapu, tukang pemasaran, dls. Kalau saya jadi orang Batam Pos, saya pasti akan melayangkan protes pada Pak Chandra. Sedikit saran, alangkah elegannya, jika “saya”-nya Candra diganti “kami”. Bukan begitu, Pak Can?

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

April 30, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Next Post

Pukimak, Pesing Seni Sapa Nih…

Antoni (us)

Antoni (us)

Sepasang Buku (Sepasang) Bos

Sepasang Buku (Sepasang) Bos

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

4 months ago
Sie Jie S’pore*

Sie Jie S’pore*

13 years ago
Berbahagialah Pecinta Bola Indonesia*

Berbahagialah Pecinta Bola Indonesia*

11 years ago
Nyetrit dengan Zeiss 24mm

Nyetrit dengan Zeiss 24mm

1810 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Mahal Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Pengemis Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Trending

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme
Catatan Lepas

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

by Sultan Yohana
May 26, 2025
0

SAYA membaca laporan Majalah Tempo pekan ini, "Oke Gas, Hercules". Tentang premanisme, terutama tentang sepakterjang Herkules dengan...

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

May 13, 2025
Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana