Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Batam

Gila, Sampah Kian Gila!


Sultan Yohana by Sultan Yohana
September 19, 2011
in Batam
0
Gila, Sampah Kian Gila!
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

(Bagian II, dan semoga menjadi tulisan terakhir tentang sampah)

SEPEKAN setelah tulisan pertama di rubrik ini berjudul Sumpah, Gila! Sampah-sampah Itu terbit, tumpukan sampah yang menggunung di depan rumah tak juga kunjung terangkut. Sampah yang nyaris tiga minggu tak diangkut itu, telah menimbulkan teror yang tak mengenakkan bagi kami: bau busuk menyengat hingga rumah, ribuan belatung yang bersumber dari sampah juga bermigrasi, mencari tempat persembunyian hingga masuk-masuk ke dalam rumah.

Di depan rumah saya memang tak ada tong sampah, mengingat saya yang tinggal seorang diri ha­nya memproduksi sedikit sampah. Saya tidak masak, sampah-sampah yang dihasilkan pun seringkali sampah kering. Itupun baru mulai ba­nyak setelah seminggu menumpuk. Seringkali justru pemulung yang lewat di depan rumah yang saya panggil untuk mengambil sampah saya yang memang kebanyakan masih bisa dimanfaatkan. Meski pembayaran retribusi sampah sama dengan tetangga kiri-kanan yang memproduksi berkali-kali lipat sampah dari saya.

Bau busuk dan belatung yang telah meneror saya, bersumber dari gunungan sampah tetangga yang memang belum terangkut. Pak E, tetangga saya, akhirnya harus turun tangan sendiri mengangkuti sampahnya untuk dibuang di pinggir jalan. Dia beli tas plastik besar (belinya tentu pakai uang, Pak Walikota) untuk mengangkut sampahnya, dia menyisihkan waktunya, dia juga bermain dengan resiko kena sejumlah penyakit yang bisa ditimbulkan sampah yang sudah tiga minggu tidak diangkut!

Pengorbanan yang luarbiasa.

Ironisnya, beberapa hari yang lalu pada sejumlah media, Walikota Ahmad Dahlan meminta maaf sembari enteng menyebut: masalah sampah yang tak terangkut adalah soal kecil. Ia beranalogi: seperti gunung berapi yang akan meletus, masalah sampah di Batam baru sekedar asapnya saja. Masih tidak berbahaya, tidak perlu dikhawatirkan. Statemen khas politikus Indonesia yang kerap meremehkan masalah yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

Ia berkata demikian, mungkin karena tak pernah mencium bau sampah.

Bau bacin, serangan belatung, plus kebingungan tiap ibu rumahtangga hendak membuang ke mana sampah mereka karena tong sampah di depan rumah bukan masalah kecil, Pak Walikota! Terlebih Batam yang mayoritas warganya adalah pasangan usia muda, yang memiliki anak balita, yang tak lagi punya tempat bagus bermain selain bermain di jalan depan rumah mereka. Bermain bersama sampah-sampah yang telah membusuk membelatung. Anda mung­kin tak pernah membayangkan, bagaimana mengerikannya pempers yang isinya tinja bayi yang sudah tiga minggu teronggok di dalam tong sampah.

Sangat MENGERIKAN!

Persoalan mendasar tentang sampah memang tak sepenuhnya tanggungjawab pemerintah. Rakyat sebetulnya pu­nya andil penting untuk membuat sampah-sampah di lingkungan mereka tidak terlalu menggunung. Dan pemulung adalah aktor penting lainnya yang seharusnya diberi keleluasaan. Saya selalu tidak gembira ketika membaca “PEMULUNG DILARANG MASUK” di satu komplek perumahan. Saya belajar dari warga Singapura, bagaimana mereka “menghormati” sampah mereka agar tidak mengganggu mereka sendiri. Menghormati pemulung dengan mempermudah kerja mereka.

Di rumah yang kami tinggali, baik di Singapura maupun di Batam, selalu ada dua tempat sampah dalam rumah. Istri saya selalu mengingatkan, ada hak para pemulung di sampah-sampah yang kita buang. Sampah-sampah plastik, kertas, pakaian, atau yang masih bisa didaur ulang, adalah rejeki bagi para pemulung. Sedikit ribet memang, dan juga tak jarang membuat tak nyaman ada dua sampah. Tapi, jika kita mencintai Bumi, kita harus melakukannya. Agar Bumi tidak memurkai kita.

Di Singapura, selain cara efektif pembuangan sampah yang saya jelaskan pekan lalu dalam tulisan di rubrik ini, mereka juga selalu menyediakan tempat sampah yang khusus untuk membuang barang-barang yang masih bisa dipakai. Televisi, komputer, sofa, dan aneka macam barang-barang yang sekira bisa dipakai yang dibuang warga, biasa ditempatkan di bawah apartemen agar bisa diambil pemulung dengan baik. Tidak dicampur dengan sampah basah.

Anda mungkin tak percaya, televisi, sofa, atau alat-alat rumahtangga yang masih baik yang banyak dijual di loakan-loakan Batam adalah “sampah” yang betul-betul dibuang oleh rumahtangga Singapura. Terkadang, ketika lihat seonggok televisi yang masih baik di bawah flat tempat tinggal kami di Singapura, saya berkhayal untuk bisa membawanya ke Batam. Tapi apa daya, tangan ini tak cukup kuat untuk menenteng barang-barang tersebut.

Memulung, di Singapura sudah menjadi bisnis bagus. Tidak jalan kaki apalagi membawa gerobak motor, mereka terkadang membawa lori untuk membawa barang-barang yang dibuang warga. Saya tak tahu kemudian dibawa ke mana barang-barang itu. Saya pikir barang-barang yang masih bisa terpakai itu mereka packing dan untuk selanjutnya dikirim ke Batam atau daerah-daerah lain yang menginginkan. India dan Bangladesh menjadi negara lain yang menerima ekspor barang bekas asal Singapura.

Kembali ke soal sampah. Yang jelas ada tanggungjawab sosial yang tertanam pada warga Singapura, bahwa sebagian sampah-sampah mereka bisa bermanfaat bagi orang lain.

Di Batam sebetulnya juga sudah dikampanyekan peme­rintah untuk memisahkan sampah yang bisa didaur ulang dengan sampah basah yang bisa langsung ditelan Bumi tanpa menimbulkan masalah. Tapi sekali lagi, kampanye itu tak ada artinya jika tak ada fasilitas untuk melaksanakannya. Akan sangat berguna jika misalnya di setiap kom­plek dibuat tempat sampah yang dikhususkan bagi sampah basah maupun sampah kering. Pemulung pun akan dengan mudah membawa sampah kering itu untuk penghidupan mereka.

Tapi kadang, kita suka tak rela, melihat orang lain (baca pemulung) bekerja dengan lebih ringan untuk mendapatkan uang. Saya selalu tak bahagia ketika membaca “PEMULUNG DILARANG MASUK” di satu komplek perumahan. Sama tidak bahagianya dengan membaca pernyataan Pak Walikota yang menihilkan masalah sampah, juga mencium pempers berisi kotoran bayi yang sudah tiga minggu tak diangkut!

Gila, Sampah Kian Gila!

Diterbitkan di DIA, Minggu, 18 September 2011.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

UMK Batam dan “Minimarket Negara” ala Singapura
Batam

UMK Batam dan “Minimarket Negara” ala Singapura

November 13, 2014
Calo Tiket Pun Melanggar HAM
Batam

Calo Tiket Pun Melanggar HAM

August 1, 2014
$$$$$$$$
Batam

$$$$$$$$

September 2, 2013
Next Post
Sepotong Dialog Ayah-anak

Sepotong Dialog Ayah-anak

I Say ‘i’ Papa, Not ‘ai’!*

I Say 'i' Papa, Not 'ai'!*

Bang a/ Mas, Kakak Saja lah

Bang a/ Mas, Kakak Saja lah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Lembut Kayak Mentega: Panasonic 20mm F1.7

Lembut Kayak Mentega: Panasonic 20mm F1.7

10 years ago
Mimpi 5/8: Pengawas PNS

Mimpi 5/8: Pengawas PNS

13 years ago
Nyetrit dengan Zeiss 24mm

Nyetrit dengan Zeiss 24mm

1810 years ago
Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

Kisah Perang dalam Sepiring Nasi

2 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bos Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Film festival Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Palestine Pengemis Photo rasa singapura Rezeki Rupiah Santai Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Trending

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju
Catatan Lepas

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

by Sultan Yohana
May 13, 2025
0

SAYA contohkan misalnya "Rapat Akbar & Pengukuhan 100 Ribu Banser Patriot Ketahanan Pangan". Yang kebetulan, dalam sepekan...

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana