: Ketimbang sholat
Pagi tadi (11 Mei 2017), seperti pagi-pagi biasanya, saya pergi ke pasar basah. Beli beras, minyak goreng, tempe, dan seikat bayam. Tidak lup
a mampir di warung makan langganan. Membeli makanan pesanan si bungsu Zak, lo mai gai untuk makan siang. Lo mai gai adalah makanan khas China, berbahan beras ketan yang distim bersama ayam.
Juga bawa tas plastik sendiri dari rumah, hingga mampu berhemat setidaknya empat kantong plastik untuk belanjaan. Bayangkan jika ada satu juta saja orang pergi belanja bawa tas plastik sendiri, apa ndak hebat efeknya.
Saya memang bangga belanja di pasar basah dan bawa kantong plastik sendiri. Karena saya tahu, hal yang TERLIHAT KECIL dan mudah ini, JAUH LEBIH SULIT dilakukan ketimbang sholat lima waktu! Jauh lebih sulit ketimbang HABISIN waktu debat-kusir ngobrolin Ahok yang, saya cuma setuju pendapat Kyai Aqil Siraj: orang ini terlalu dibesar-besarkan, baik oleh pembencinya, terlebih pendukungnya.
Tulisan saya kali ini memang terkesan RIYA! Pamer kebaikan! Ndak apa-apa, asal esok, kawan-kawan yang baca status saya, terketuk hatinya berbondong-bondong belanja ke pasar basah, sembari bawa tas plastik sendiri dari rumah. Selain lebih ramah lingkungan, kan bisa memakmurkan pedagang pasar basah. Memakmurkan pedagang-pedagang kecil. Jangan suka ngeluh melulu ekonomi nasional lesu, namun sukanya dikit-dikit belanja di mall.
Lakukanlah bukan untuk mencari surga! Tapi, agar anak cucu kita tidak kita warisi dengan bumi yang penuh polusi plastik belanjaan. Juga bumi yang lebih tidak kapital.
Oh ya, satu lagi: saya kini mulai membiasakan, setelah merokok satu batang, sebagai bentuk “rasa bersalah” dengan alam, saya akan berusaha memungut sampah plastik minimal tiga biji di manapun yang saya temui di jalan. Coba lakukan, mungkin lingkungan Anda akan jauh lebih bersih dari sebelumnya.
Ayo, warisi anak kita bumi yang lebih ramah!