Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Kultur

Karimun, Kota Nostalgia

Sultan Yohana by Sultan Yohana
March 22, 2024
in Kultur
0
Karimun, Kota Nostalgia
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SAYA bilang pada rekan saya, Riadi, wartawan di Karimun; ini kota tak perlu bersolek terlalu menor. Biarkan menjadi kota yang sante, kota lama yang penuh nostalgia. Tak perlu meniru-niru tetangga sebelah, Batam atau Tanjungpinang.

Saya baru pertama ke Karimun, meski pernah selama 13 tahun berbagi tinggal di Batam dan Tanjungpinang. Karimun seperti versi lebih besar dari Pulau Belakangpadang yang ramai dikunjungi orang Singapura karena nostalgianya. “Pulau penawar rindu”, begitu tagline Belakangpadang dikenalkan.

Karimun bisa seperti Belakangpadang. Dobel kali bahkan. Kotanya kecil dengan banyak bangunaan tua yang melenakan. Mirip Singapura era 70an. Bahkan, ketika jalan di sepanjang Jalan Nusantara, kanan-kiri bangunan mirip-mirip dengan Geylang sekarang. Makanan dan minumannya pun tak terlalu jauh beda dengan Singapura. Dan ini nilai lebihnya.

Di Johor, orang Singapura suka ke daerah seperti Pontian yang kecil dan nostalgic, dan mirip Karimun. Mereka makan seafood di sana, atau sekedar nyante meregangkan syaraf di kedai-kedai kopi kecil yang murah namun selalu menghidangkan kopi dan makanan enak. Mirip kondisinya dengan Singapura. Tapi ke Johor sekarang susah, karena macetnya yang naudzubillah. Di imigrasi bisa berjam-jam antri. Naik mobil, bahkan bisa macet hingga 6 jam. Anda kudu tahu, orang Singapura ogah bermacet-macetan.

Ke Batam orang Singapura sepertinya sudah mulai enggan, karena terlalu metropolit. Kecuali pekerja-pekerja India yang sekarang punya hobi baru nyebrang Batam. Tapi mereka minim duit, terkadang sewa apartemen untuk belasan orang, hanya untuk menghemat pengeluaran. Itu mungkin kenapa, meski sekarang sepertinya Batam masih banyak dikunjungi orang Singapura, tapi bisnis hotel dan penginapan masih jauh “panggang dari api”.

Sementara, ke Karimun, tinggal nyebrang tak sampai 2 jam, duduk manis di kapal. Karimun tak macet. Karimun kecil. Karimun nyante, dengan nostalgia masa lalu Singapura. Karimun bisa menjual nilai nostalgic itu pada orang Singapura yang kelebihan uang, dan kerap enggan dolan terlalu jauh dan melelahkan. Ada peluang besar di situ. Tinggal berbenah sedikit, saya yakin Karimun akan menjadi obyek wisata kegemaran orang Singapura berikutnya.

(*)

Tags: KarimunKepri
Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean
Kultur

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

February 23, 2025
Di Taipei, Saya Rindu Udara Malang
Kultur

Di Taipei, Saya Rindu Udara Malang

January 3, 2025
Kisah dalam Sepiring Char Kway Teow: dan perbedaan melangit antara dolar dan ringgit
Kultur

Kisah dalam Sepiring Char Kway Teow: dan perbedaan melangit antara dolar dan ringgit

July 12, 2024
Next Post
Kisah Sebuah Sepeda Pancal

Kisah Sebuah Sepeda Pancal

Dua Poster Sakit Mental

Dua Poster Sakit Mental

Pria dengan Arloji Rp400 juta

Pria dengan Arloji Rp400 juta

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Mengintimi Taipei

Mengintimi Taipei

5 months ago

Dia Mengatai Saya Anjing Jalanan

20 years ago
Hitam-putih di Waduk Macritchie

Hitam-putih di Waduk Macritchie

9 years ago
Foto yang (pernah) Ditolak

Foto yang (pernah) Ditolak

16 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Fasilitas Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jam tangan Jatim Johor Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Monyet Mudik Pajak Pengemis Perpustakaan Photo Premanisme rasa singapura Rezeki Rupiah Sejarah Sepakbola Sepeda Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

Trending

Perpustakaan dan Pajak Kita
Catatan Publik

Perpustakaan dan Pajak Kita

by Sultan Yohana
June 3, 2025
0

BELUM lagi pantatnya duduk betul di kursi besi di kedai India langganan, tempat kami janjian makan malam...

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

Kita Adalah Orangtua Kandung Premanisme: dan dua buku yang menjelaskan fenomena premanisme

May 26, 2025
Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

Bolehkan Mencuri Sesuatu yang Mubadzir?

May 19, 2025
Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

May 13, 2025
Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana