: Tip sederhana memilih kamera
‘CEPAT atau lambat, DSLR akan “mati” dibunuh mirroless atau poket premium’. Inilah keyakinan yang banyak beredar di kalangan penghobi fotografi saat ini. Mereka yang meyakini hal itu, seperti hendak membandingkan koran cetak yang dianggap tak lagi punya masa depan, karena informasi lewat on-line tak lagi bisa dibendung perkembangannya. Namun sejatinya, keyakinan itu salah. Tidak ada yang bisa kita banding-bandingkan, jika obyeknya adalah masalah SELERA dan KEPENTINGAN INDIVIDUAL.
Ada banyak sekali pertanyaan yang datang ke saya, “sebaiknya kamera apa yang saya gunakan?”. Pertanyaan itu, biasanya disambung dengan budget yang mereka sediakan saja, tanpa memberi penjelasan apa foto yang cenderung dia dapatkan. Seberapa sering dia memegang kamera, serta untuk apa foto-foto yang mereka hasilkan nantinya.
Saya “bapak rumahtangga” yang hobi fotografi dan sekaligus nyambi jual-beli kamera/peralatan foto sekend. Setidaknya SEDIKIT TAHU tahu tentang banyak merek kamera, jenis, serta kelas-kelasnya. Meskipun TIDAK BANYAK TAHU tentang fotografi, Saya banyak bertemu penghobi foto yang mau beli atau jual peralatannya, ngobrol soal alasan memilih kamera ini, memilih merek itu, atau menjatuhkan pilihan atas kelas itu. Setiap individu punya alasan berbeda-beda. Meskipun tak jarang banyak di antara mereka serupa, dan terpengaruh informasi yang salah.
Kamera mirroles (juga point n shot/poket premium) memang tengah menjadi “idola” baru di kalangan penghobi foto. Tidak hanya karena kemampuannya yang sudah setara dengan DSLR, tapi banyak tawaran yang diberikan mirroless, membuat “air liur” penghobi foto menetes. Kemudian mengalihkan alat-alat fotografi yang lama ke mirroles, tanpa memikirkan pertimbangan lain, yang justru jauh lebih penting, yakini SEMODEL apa Anda di dunia fotografi? Berpikirlah dulu sebelum beralih ke sistem alat kamera berbeda, karena kebiasaan (waktu) serta uang yang akan Anda keluarkan saat mengganti sistem baru, terkadang tak sebanding nilainya ketika Anda tetap menggunakan sistem kamera lama.
Tulisan saya ini, saya susun dari rangkuman banyak individu yang telah mengganti sistem kameranya ke sistem lainnya. Misalnya dari DSLR ke mirroless, atau sebaliknya, setelah kecewa dengan mirroles, kembali ke DSLR. Saya menyusun/mengklasifikasikannya berdasarkan kategori:
1. Jika Kamera SELALU DI TAS Harian Anda
Anda mungkin seorang yang tidak ingin kehilangan momen apa pun, dan di manapun. Anda seorang yang aktif, yang tak tahan meletakkan pantat lama-lama di satu tempat. Anda ingin memotret semuanya yang Anda anggap menarik. Mulai dari bunga yang lagi mekar di taman, hingga sepasang kekasih yang tengah bermesraan di angkutan umum.
Tapi masalahnya, setelah semua foto didapat, Anda tak tahu untuk apa foto itu dipergunakan. Untuk Facebook, jelas itu yang utama. Selain urusan Facebook, foto cuma nganggur menjadi “sampah” di hardisk. Tapi meskipun demikian, Anda sudah cukup puas mendapat “like” sama “komen” dari rekan-rekan Facebook Anda. Tak ada keinginan atau Anda tak percaya diri menjual foto-foto yang Anda hasilkan, atau dipergunakan untuk kepentingan lain.
Jika Anda penghobi foto model ini, sebaiknya Anda memakai kamera HP saja. Tak perlu repot-repot membawa kamera mirroless, apalagi yang berat seperti DSLR yang bisa membuat Anda butuh tukang pijit seminggu sekali. Beli HP yang agak bagus kameranya, besar memorinya, serta baik jaringannya. Tapi SIALNYA, Hp yang bagus banget kameranya, tak jarang lebih mahal dari DSLR atau mirroles.
Hehehe…, bingung kan?
2. Jika Kamera SELALU DI TAS Harian Anda II
Anda mirip-mirip dengan karakter nomor satu, aktif dan selalu membawa kamera di tas Anda karena tidak ingin kehilangan momen. Tapi sedikit lebih serius dalam menjalani hobi fotografi. Ketertarikan Anda lebih spesifik. Misalnya seperti memotret kegiatan orang di tempat publik atau fotografi jalanan/street fotografi. Anda juga punya kesempatan memakai foto yang Anda hasilkan untuk diikutkan lomba fotogafi. Atau dijual ke agensi foto untuk sekedar menambah uang jajan. Atau Anda punya kenalan dari orang media, yang kadang butuh kontribusi foto-foto untuk dimuat di media cetak.
Jika Anda penghobi nomor dua ini, saran saya pakaialah kamera poket premium atau mirroles kelas menengah. Yang ringan, tidak berat, namun dengan kualitas yang baik. Tapi masih ada TAPI, pilihlah mirroles yang kuat di performa individunya, yang tidak membutuhkan banyak alat tambahan untuk menaikkan kualitas foto. Kamera poket atau mirroles dengan budget di atas Rp5 juta lebih disarankan untuk Anda. Sebagai catatan, foto untuk lomba, untuk media cetak, apalagi untuk media on-line tidak memerlukan resolusi piksel tinggi, yang lebih penting adalah kualitas gambarnya (tidak selalu piksel besar, kualitas bagus).
3. Jika ANDA Fotografer Akhir PEKAN!
Dalam satu minggu, lima hari Anda kerja, dan selebihnya, di akhir pekan, giliran Anda “bercinta” dengan kamera. Anda mungkin akan pergi hunting ke lokasi tertentu, ikut sesi pemotretan model yang kini lagi marak. Atau sekedar bergerombol bersama kawan-kawan jalan kaki ke pasar sembari menggelar fotografi jalanan. Dua jam motret, setelah itu Anda lebih senang menghabiskan waktu nongkrong empat jam di kedai kopi membahas fotografi. Lalu kemudian pulang kecape’an, dan minta istri mijitin Anda sambil Anda bercerita betapa heroiknya Anda saat memotret monyet yang lagi bercinta saat hunting siang sebelumnya.
Jika Anda tipe “fotografer akhir pekan”, pilihlah kamera DSLR. Selain bentuknya yang bongsor sesuai dengan “mulut besar Anda”, kamera DSLR sekarang harganya sangat baik. Cukup murah (apalagi yang sekend) dibanding mirroless sekalipun, dan bisa memberi jaminan kualitas foto yang baik, asal Anda pakai “program auto” saat motret, dan kamera diletakkan di atas tripod. Jangan lupa bawa serta tas ransel segede Gaban ya!
4. Jika Anda mencari makan dari kamera
Anda fotografer di media massa yang modal kamera sendiri, stringer, fotografer manten, atau punya studio kecil-kecilan di depan rumah Anda. Jika Anda demikian, pilihlah kamera DSLR. DSLR kelas menengah yang budgetnya antara Rp4 hingga 10 juta sudah cukup baik untuk semua kebutuhan yang Anda perlukan dalam pemotretan. Dan ingat, DSLR itu telah punya sistem pendukung yang baik, baik berupa aksesoris tambahan seperti flash ataupun lensa-lensa, untuk mendukung keperluan Anda. Jangan pakai mirroless, mengingat mirroless yang nanti akan Anda butuhkan, memerlukan biaya yang begitu besar, mengingat aksesorisnya begitu mahal. Lensa-lensa mirroless yang kualitasnya baik juga mahal, bahkan cenderung lebih mahal ketimbang DSLR yang lebih banyak punya pilihan.
Jika kemudian Anda butuh duit cepat pun, menjual DSLR kelas menengah paling mudah lakunya. Dengan catatan jangan jual mahal-mahal ya!
5. Jika Anda Fotografer Profesional
Kalau Anda tipe ini, coba tanyakan Darwis Triadi atau mereka sebangsanya saja ya! Hehe, saya tak punya pengalaman apa-apa di sini. Tapi yang jelas, jika Anda fotografer profesional, budget tak menjadi masalah. Anda bisa tiap hari beli kamera, mencobanya, kalau jelek, bisa langsung diberikan pada cleaning servis kesayangan di kantor Anda. Lagipula, apalah arti harga kamera mirroless sekelas Sony A7 Mark II, jika sekali tekan shutter Anda dapat bayaran Rp40 juta.
6. Jika Anda Fotografer Borjuis, Melankolis, Priyayi yang Tak Mau Melihat Jaman Berubah
Off-course, satu yang Anda perlukan jika Anda termasuk fotografer model ini: kamera film! Saya sih sangat menghargai setiap pilihan orang. Entah Anda tetap memilih motret dengan film atau digital, pilihan itu tentu sesuai selera Anda. Dan selera berbanding lurus dengan kesenangan yang akan Anda dapatkan. Tidak bisa seseorang memaksakan diri untuk memberikan pilihan pada seseorang.
Tapi masalahnya, kenapa saya “memaki” Anda dengan sebutan “borjuis, melankolis, priyayi yang tak mau jaman berubah”? Bukan karena pilihan Anda yang tetap setia dengan kamera film. Tapi lebih ke aroganan Anda yang biasanya “memandang rendah” pemakai digital, dan punya kecenderungan “fanatisme”. Meski dalam praktiknya, Anda lebih banyak nggacor cuma sekedar ngomongin kamera ketimbang jalan sambil mencet shutter kamera Anda.
Tentu masih banyak fotografer pemakai film yang tidak demikian. Yang tetap memilih film karena kenikmatan yang didapat berbeda dengan saat memakai kamera digital. Orang-orang yang demikian ini, jelas saya menaruh hormat dengan teramat sangat.
WARNING: Percayalah, jika Anda coba-coba, misalnya Anda tipe fotografer nomor satu atau nomor dua, tapi SALAH memilih kamera tipe nomor lima, bukan senang yang Anda dapat. Tapi lemparan piring, caci maki istri yang bakal Anda terima. Resiko terberat, mungkin pasangan Anda akan minta talak tiga!
Keep n-Jepret!!!Oh ya, ada blog rekan saya yang lagi antusias mengajak jalan sambil foto sebanyak-banyaknya, mungkin Anda bisa mengunjunginya di https://travelensa.wordpress.com/