: Aka Kesaktian Jejemari
Ketika kanak-kanak, meski tergolong anak mandiri dan tak pernah merepotkan dibanding anak seusia, ada satu yang sebetulnya boleh disebut “perilaku manja” pada ibu. Saya, juga kakak, suka disuapi ibu ketika makan. Bahkan peri
laku ini bertahan – seingat saya – hingga menjelang masuk SMP.
Ini mungkin karena kami memang paling malas untuk disuruh makan. Kalaupun makan sendiri, kadang habisnya cuma “seuplik”. Sampai-sampai tubuh saya kurus kering, dan kawan-kawan banyak yang memanggil saya, “blungan”, yang berarti tulang/jerangkong.
Jadi, ketika kami (saya dan kakak) sedang malas makan, ibu biasa mengambil inisiatif; menyuapi kami. Dan selalu, ibu menyuapi kami dengan jemari-jemarinya. Jika sudah begitu, sudah bisa dipastikan saya bisa banyak menghabiskan makan, apa pun lauknya. Terutama jika lauknya favorit: ikan pee yang cemplungkan sayur orem-orem.
Ingatan saat-saat ketika disuapi dengan jejemari ibu, semula tidak saya perhatikan, meskipun tidak pernah saya lupakan. Mengendap begitu saja di otak bagian ingatan. Hingga kemudian ingatan itu muncul, ketika si Zak (juga kakakanya Ken), yang juga terkenal malas makan. Lama-lama, saya perhatikan, kok Zak selalu makan banyak ketika saya suapi dengan jejemari. Di pikiran saya, apa sih saktinya jejemari ketimbang sebuah sendok?
Lama saya mencoba mencari-cari jawabannya, berdasarkan pengalaman sendiri menyuapi anak. Saya bandingkan ketika Zak saya suapi dengan sendok, dan saat disuapi dengan jejemari.
Hmmm, ternyata (sependapat saya), jejemari ini memang sakti. Dengan sendok, anak-anak seringkali protes bahwa makanan terlalu panas. Jika sudah demikian (terlalu panas), di suapan berikutnya selera makan anak-anak sudah bisa dipastikan menghilang atau menurun. Walhasil, makanpun sedikit.
Dengan jejemari, indera perasa di jari bisa mengukur apakah makanan masih panas atau sudah siap disuapkan. Jejemari juga bisa membaut takaran terbaik, serta mampu memberikan racikan paling ideal dari aneka makanan di piring.
Anak Anda susah makan? Coba sesekali suapi dengan jejemari “sakti” Anda!