Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Kartini Saya, ya Ibu Saya!

Sultan Yohana by Sultan Yohana
April 26, 2016
in Tentang Aku
0
Kartini Saya, ya Ibu Saya!
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

: Akhir April yang Selalu Gundah

Dahulu kala, saat masih sekolah. Menjelang jelang akhir April, dan memuncak bulan Mei, adalah hari-hari paling meng-gundah-kan, sekaligus sedih bagi saya. Bahkan rasa sedih itu masih bisa saya rasakan hingga kini. Hari-hari, ketika saya sekolah dari madrasah hingga SMA, akan menghadapi ujian untuk kemudian rapotan. Gundah karena harus bayar ini-itu, tunggakan SPP, uang ujian, dls.

Ibu saya single parent (sejak saya berusia tujuh bulan), dengan dua anak. Belakangan setelah saya berusia 17 tahun, ibu menikah lagi, dan setahun kemudian lahir adik bungsu saya. Ibu punya usaha mracang, alias punya toko kelontong kecil di depan rumah. Semula, di awal-awal buka, tokonya lumayan besar, ramai, dan kami tak pernah kekurangan apa-apa. Ibu adalah orang pertama yang buka toko kelontong di dua RT tempat tinggal kami. Belakangan, setelah mengetahui sukses ibu, banyak tetangga ikut-ikutan. Dengan modal lebih besar, dan suami yang bekerja, para tetangga yang buka usaha serupa, kemudian “memakan” usaha ibu. Meski tidak benar-benar mati, usaha kelontong ibu bertahan antara hidup dan mati selama berpuluh tahun. Ibu juga kerap nyambi ngambil cucian dan setrikaan tetangga.

Selama itulah, dari hasil usaha ala kadarnya tersebut, saya dan kakak bisa bersekolah. Bahkan kakak saya, adalah orang pertama yang bisa lulus kuliah di lingkungan RT kami. Bukan karena tetangga yang lain tidak mampu, bahkan mereka jauh lebih kaya-kaya. Tapi kebanyakan di kampung saya ketika itu, sekolah tinggi, apalagi untuk seorang gadis, bukan menjadi prioritas utama. Keluarga kami sempat diece (diejek) oleh tetangga-tetangga, “ngapain menyekolahkan Irma (kakak saya) tinggi-tinggi, toh setelah itu kawin punya anak”.

Ada Pak Haji juragan besar tetangga saya, yang anak perempuan satu-satunya, bahkan sudah menikah setelah lulus SMP. Saya sendiri tidak tahu, dan tidak hendak bertanya, apa alasan ibu memprioritaskan sekolah pada kami berdua, anak-anaknya. Padahal dia hanya lulus madrasah saja, dan saat itu ekonomi keluarga kami benar-benar kelimpungan.

Karena usaha mracang pula, biasanya saya kebagian jaga warung, dan alhamdulillah secara tak sengaja saya berhobi membaca. Karena di rumah tidak ada tivi, radio, dan sebangsanya, untuk membunuh waktu, saban hari saya terpaksa “menguliti” koran/majalah bekas yang sedianya untuk bungkus dagangan. Kalau ingin bacaan lebih “mewah”, saya biasanya lari ke taman bacaan berbayar di dekat pasar, namanya “Garuda”. Perpustakaan sekolah? Nyaris semua buku yang bagus sudah saya pinjami.

Kadang kalau semua sudah habi saya baca, saya bingung cari bacaan lain, dan akhirnya buku-buku pelajaran milik kakak saya, terutama IPA dan sejarah, menjadi bacaan berikutnya. Mungkin karena itu, di madrasah, pelajaran IPA saya adalah yang terbaik, dan saya sempat bercita-cita jadi seorang ilmuwan, hehehe.

Tapi saya tidak besar di Singapura, yang perpustakaannya begitu mewah, serta bersekolah begitu mudahnya. Saban tahun, setiap akhir April, atau awal-awal Mei menjelang ujian, hati saya selalu gundah. Terpikir, bagaimana ibu saya bisa melunasi SPP yang menunggak sejak dari awal bulan tahun pelajaran pertama? Barang berharga apa lagi di rumah yang bisa digadaikan ibu, untuk membayar uang sekolah? Bayar uang ujian saya? Mengingat itu, saya benar-benar jadi membenci sekolah.

Sejak madrasah hingga SMA, saya memang tak pernah bisa membayar SPP saban bulan. SPP baru terbayar menjelang rapotan kenaikan kelas. Itu setelah ibu berikhtiar menggadaikan barang berharga apa saja di rumah. Barang-barang itu kemudian dicicil pembayarannya hingga setahun, dilunasi untuk kemudian dibawa pulang. Dan digadaikan lagi beberapa minggu kemudian ketika saya akan membayar uang sekolah. Begitu saban tahun, terus berulang hingga saya lulus SMA. Pegadaian, bagi saya, memberi manfaat yang begitu besar.

Jangan tanya peralatan sekolah seperti tas atau sepatu. Untuk saya, biasanya, saya mengandalkan peralatan bekas sepupu kaya saya di Karangploso, yang kebetulan usianya sepantaran dengan saya.

Beruntung saya tidak bodoh-bodoh amat. Saya selalu bisa sekolah di sekolah bagus dan murah di tempat tinggal saya, tanpa pernah ketinggalan kelas. Kakak saya, bahkan selalu berupaya mendapatkan beasiswa selama dia sekolah, bahkan hingga ia lulus kuliah. Hingga, beban ibu untuk menyekolahkan kami, tidak berat-berat amat.

Bulan April, bukan hanya mengingatkan saya akan Kartini karena posting rekan-rekan Facebook yang suka mengupload foto anak-anak mereka yang baru saja Kartinian. Setiap bulan April pula, saya selalu mengingat tentang kegundahan saya di masa silam. Mengingat sebenar-benarnya “kartini” saya, ya… ibu saya itu.

Ibu saya, Bu Zumronah namanya! Perempuan paling kuat yang pernah saya kenal di dunia ini.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

April 30, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Next Post
Tumapel Putra, Leicester, & Duit Besar China

Tumapel Putra, Leicester, & Duit Besar China

Hitam-putih di Waduk Macritchie

Hitam-putih di Waduk Macritchie

Pizza, Burger, Kaviar? Kenapa tak Coba Pisang Goreng?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Cara Sederhana Singapura Melawan Gratifikasi

Cara Sederhana Singapura Melawan Gratifikasi

8 months ago
Sepenggal Drama pada Dini hari

Sepenggal Drama pada Dini hari

20 years ago

Monyet Ekor Panjang di Sebuah Pojok Singapura

4 months ago
Terimakasih Tiga Generasi

Terimakasih Tiga Generasi

8 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bos Bule Catatan Cerita Dollar Efisiensi Ekor panjang Film festival Foto Gadis China Gaji Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Menteri Monyet Mudik Palestine Pengemis Photo rasa singapura Rezeki Rupiah Santai Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Kucing-kucing Mudik

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Trending

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju
Catatan Lepas

Efisiensi: Ikhtiar bagaimana Singapura menjadi maju

by Sultan Yohana
May 13, 2025
0

SAYA contohkan misalnya "Rapat Akbar & Pengukuhan 100 Ribu Banser Patriot Ketahanan Pangan". Yang kebetulan, dalam sepekan...

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

May 3, 2025
Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana