Sultan Yohana
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
No Result
View All Result
Sultan Yohana
No Result
View All Result
Home Catatan Lepas Tentang Aku

Duh Gusti….

Sultan Yohana by Sultan Yohana
June 30, 2017
in Tentang Aku
0
Duh Gusti….
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

: Kenapa Engkau Bersama Si Miskin Saja?

Sejak merantau 15 tahun silam, jika ndak salah ingat, baru empat kali saya Berlebaran di kampung. Biaya mudik yang melangit, adalah alasan utama saya tidak bisa selalu Berlebaran di kampung. Tapi, setelah perlahan ekonomi membaik, kini justru waktu yang tidak mau bersahabat. Tahun ini, Alhamdulillah… saya bisa Berlebaran di rumah. Meski cuma punya waktu satu hari di Lebaran “dhweeerrrrnya“, karena Lebaran kedua harus segera angkat kaki lagi. Kembali ke kesibukan di Singapura.

Karena cuma punya waktu satu hari di Lebaran “dhweeerrrrnya” itu, saya benar-benar harus memanfaatkannya. Saya keliling ke tetangga-tetangga terdekat, orang-orang paling tua di kampung, serta saudara-saudara paling intim. Sebetulnya, sebagian lagi, saudara atau rekan yang rumahnya agak jauh, sudah saya kunjungi beberapa hari sebelum Lebaran. Ini untuk mengantisipasi jika tak ada waktu saat “dhweeerrrrnya“.

Banyak yang dikunjungi, banyak pula saya mendapat cerita. Ada dua “garis besar” yang saya tangkap atas cerita-cerita dari kawan dan kerabat yang saya kunjungi itu. Pertama, ada begitu banyak RASA SYUKUR, ramah tamah tanpa basa-basi, kegembiraan, KEIKHLASAN, ketika saya mengunjungi saudara atau rekan yang saya anggap ekonomi mereka lemah/miskin. Ada doa-doa yang dipanjatkan janda-janda tua pada saya. Ada begitu banyak kejutan menyenangkan dari orang-orang “lemah” ini.

Saya menikmati benar, misalnya ketika saya berkunjung ke kawan lama yang dulu pemabok dan kini mengaku tidak lagi suka minum. Bagaimana dia dengan bahasa penuh syukur mengisahkan pengalaman istrinya melahirkan dengan cara cesar. Sebuah kisah yang, jika terjadi pada orang-orang kaya atau terpelajar, mungkin “sejuta umpatan” akan keluar karena dianggap dokter/bidannya yang salah. Tapi, kawan saya justru memilih berkali-kali mengucap “alhamdulillah…” karena ketidaktahuan dan keluguannya.

Satu lagi, ketika saya mengunjungi kawan kecil, yang dulu hobinya suka nyolong ayam, sampai pernah diarak keliling kampung ketika ditangkap. Dengan gembira, dia menceritakan tentang anak semata wayangnya, tentang kegiatan-kegiatannya yang kini dipenuhi dengan kegiatan ruhaniyah. Lagi-lagi, nada bahasanya dipenuhi dengan ungkapan RASA SYUKUR, serta bagaimana ikhlasnya mereka menghadapi hidup yang berat ini. Tak pernah sekalipun “kawan-kawan miskin” saya ini bertanya pada saya, “rumahnya harga berapa? Mobilnya apa? Berapa penghasilannya?” Dan pertanyaan materialistik sejenisnya.

***Kedua;

Hal yang berbeda ketika saya berkunjung ke saudara atau bertemu kawan yang saya anggap cukup berada secara ekonomi. Cerita-cerita atau obrolan selalu didominasi oleh urusan-urusan materialistik semata. Tentang “perkelahian” dengan sesama saudara karena pereebutan harga waris. Atau cerita tentang rumahnya yang megah. Tentang anak-anak mereka yang sudah lulus kuliah dan mendapat kerja mentereng. Tentang mobil-mobil yang mereka punya, tak ketinggalan mereka ungkapkan. Mereka juga tak malu-malu mereka bertanya tentang penghasilan saya, bahkan hingga mengorek-ngorek penghasilan istri? Hal yang selalu membuat saya tidak nyaman untuk menjawabnya. “Rasa syukur” yang kadang mereka ungkapkan, saya rasakan sebagai suatu kamuflase untuk menutupi kesombongan yang mereka peragakan.

Lama saya berpikir atas dua fenomena yang saya temui di Lebaran kemarin. Sampai-sampai saya “berburuk sangka” pada Gusti Allah, “kenapa Engkau cuma bersama orang-orang miskin dan bodoh, ya Gusti? Kenapa Engkau tidak muncul di rumah-rumah orang-orang kaya yang saya kunjungi? Kenapa sepenuh-penuhnya rasa syukur, keikhlasan, kegembiraaan, datang dari orang-orang miskin?”

Lalu saya ingat dengan wasiat Rasulullah SAW, untuk sekalu dekat dengan orang-orang miskin. Mungkin karena di rumah orang-orang miskin itu, Gusti Allah tak malu-malu menunjukkan kebesarannya. Seperti wasiat untuk sering mengunjungi kuburan, agar kita senantiasa ingat pada kematian.

Sultan Yohana

Sultan Yohana

Related Posts

Merencanakan Pensiun
Tentang Aku

Merencanakan Pensiun

November 1, 2023
Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah
Tentang Aku

Gigi Ompong dan Penyesalan yang Berhikmah

April 30, 2023
Dari Gudig hingga Rebutan Cewek
Tentang Aku

Dari Gudig hingga Rebutan Cewek

October 10, 2017
Next Post
Kejutan dari Lensa Antah Berantah

Kejutan dari Lensa Antah Berantah

Uncle Han, Li, John

Uncle Han, Li, John

Tuhan yang Semakin “Mahal”

Tuhan yang Semakin "Mahal"

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Me

Rekomendasi

Fotografer se-Model Apa Anda?

Fotografer se-Model Apa Anda?

9 years ago
Kubah Telur Saudagar Timur Tengah

Kubah Telur Saudagar Timur Tengah


9 years ago
Sumpah, Gila! Sampah-sampah itu

Sumpah, Gila! Sampah-sampah itu


14 years ago
Sepasang Buku (Sepasang) Bos

Sepasang Buku (Sepasang) Bos

17 years ago

Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Kategori

  • Batam
  • Bolaisme
  • Catatan Bola
  • Catatan Lepas
  • Catatan Publik
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek
  • Humaniora
  • Indonesiaku
  • Jurnalisme
  • Kultur
  • Ngalor Ngidul
  • Politisasi
  • Review
  • Sastra
  • Singapura
  • Tentang Aku
  • Video

Topics

Abdul Gofur Air minum Alas kaki Batam Bos Bule Catatan Cerita Dollar Ekor panjang Film festival Foto Gadis China Gaji Gratifikasi Honor Humaniora Indonesia Jatim Johor Karyawan Kedai Kucing Kurs Malang Malaysia Masjid Monyet Mudik Palestine Pengemis Photo rasa singapura Rezeki Rupiah Santai Sejarah Sepakbola Singapore Singapura Slot Taipei Taiwan Tanjungpinang Warung
No Result
View All Result

Highlights

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

“Seteguk Air Dingin”: dari budaya baik bule di Singapura

Masjid Abdul Gafoor Singapura: Dibangun oleh pedagang India dan sais kuda dari Bawean

Bagaimana Jika Rejekimu Datang Setahun Sekali?

Hitam-Putih dengan 7D2

Trending

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157
Indonesiaku

Ketika Sedolar Nilainya Rp13.157

by Sultan Yohana
May 3, 2025
0

SAAT krisis moneter 1998, kurs rupiah terhadap dolar Singapura terpukul hingga Rp9.950 per 1 dolar. Meski hari...

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

Aku Musti Belajar dari Nenek Pengemis itu!

April 20, 2025
Kucing-kucing Mudik

Kucing-kucing Mudik

April 7, 2025
Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

Pintarnya Johor Mendulang Untung dari Singapura

March 30, 2025
Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

Gadis China yang Tidak pernah Pakai Alas Kaki

March 16, 2025
Sultan Yohana

© 2023 Sultan Yohana

Kunjungi Juga

  • Tentang Saya
  • Privacy Policy
  • Kontak

Ikuti Saya

No Result
View All Result
  • Catatan Lepas
  • Catatan Bola
  • Cerita Foto
  • Cerita Sangat Pendek

© 2023 Sultan Yohana